Pesan Jokowi kepada Umat Buddha Saat Perayaan Waisak

Dalam kunjungan perayaan Waisak di Borobudur, Presiden Jokowi didampingi beberapa menteri, di antaranya Menag Lukman Hakim Saifuddin.

oleh Liputan6 diperbarui 02 Jun 2015, 23:08 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2015, 23:08 WIB
Jokowi
Presiden Jokowi (foto: Faizal Fanani)

Liputan6.com, Magelang - Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Ibu Negara Iriana menghadiri perayaan Trisuci Waisak 2559 BE/2015 di Taman Lumbini, Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah malam ini.

Acara yang berlangsung mulai sekitar pukul 19.00 WIB itu diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Hymne Walubi. Kehadiran Jokowi disambut dengan tarian selamat datang Balaturangga oleh Grup Buddha Dharma Indonesia.

Jokowi dalam sambutannya mengatakan, perubahan mental masyarakat menjadi lebih baik dimulai perubahan pada masing-masing individu.

"Perubahan masyarakat harus mulai dari diri sendiri, revolusi mental tanggung jawab masing-masing," kata Jokowi di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (2/6/2015) malam.

Menurut Jokowi, nilai-nilai ajaran Buddha penting dalam membangun bangsa yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. "Membangun masyarakat seperti itu perlu perjuangan sebagaimana dicontohkan Buddha Gautama," kata dia.

Dalam kesempatan itu, Jokowi mengajak umat Buddha agar menjadikan peringatan Waisak, sebagai momentum membangun nilai luhur bangsa, dan menjaga sesanti di Buku Sutasoma yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

Jokowi juga berharap perayaan Waisak membawa ketenteraman dan kedamaian, tidak saja untuk umat Buddha tapi seluruh umat manusia.

"Ini momentum merenungkan nilai luhur Buddha yang universal, pencerahan makna kehidupan umat Buddha juga keteladan dalam menyempurnakan kebajikan," kata Jokowi.

Adapun setelah Ketua Panitia Perayaan Waisak Nasional Ummat Buddha Indonesia 2015 Arief Harsono menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan itu, Bhiksu Tadisa Paramitha Mahasthavira menyampaikan pesan Waisak.

Dalam pesan Waisak, Bhiksu Tadisa mengatakan, setiap makhluk punya benih ke-buddha-an. Artinya hakekat ke-buddha-an sudah dimiliki semua makhluk.

"Namun tidak disadari dan dimanfaatkan dan dikembangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami penderitaan," kata dia.

Tadisa menyebutkan nilai ajaran Buddha berkembang pada saat dinasti Syailendra yang membangun Candi Borobudur. Juga saat Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dengan Sumpah Palapa oleh Mahapatih Gajah Mada.

"Nilai-nilai Buddha turut melandasi jati diri dan karakter bangsa Indonesia. Umat Buddha cinta damai dan menolak kekerasan. Yang melakukan kejahatan berarti menodai ajaran Buddha dan bukan umat Buddha tulen," kata Bhiksu Tadisa.

Dalam acara ini, Jokowi didampingi beberapa menteri, di antaranya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Mensesneg Pratikno.

Acara perayaan Dharmasanti dalam rangka memperingati Hari Raya Trisuci Waisak 2559 BE/2015 itu, dihadiri sekitar 10.000 penganut Buddha dari berbagai daerah di Tanah Air. (Ant/Rmn/Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya