Temui Pimpinan DPR, Romo Benny Minta Program 7 Megaproyek Ditunda

"Tentu ini akan menjadi masukan yang sangat baik," kata Fadli Zon.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 27 Agu 2015, 17:50 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2015, 17:50 WIB
Gedung DPR
Gedung DPR

Liputan6.com, Jakarta - 2 Tokoh masyarakat pegiat demokrasi, Romo Benny Susetyo dan Emil Salim menemui pimpinan DPR. Kedatangan keduanya untuk menyampaikan protes program pembangunan 7 megaproyek DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat yang anggarannya mencapai Rp 1,6 triliun.

Romo Benny meminta 7 megaproyek DPR ini ditunda. Seharusnya, kata dia, sebagai penyambung aspirasi rakyat, DPR melihat persoalan yang lebih penting untuk rakyat. Terlebih kondisi ekonomi Indonesia saat ini melemah.

"Tunda dulu proyek itu. Lebih baik fokus di program dana desa. Ini bagus untuk dukungan masyarakat. Kita harus belajar, krisis ini menjadi momentum kita untuk belajar," kata Romo Benny di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (27/8/2015).

Sementara itu, Emil Salim berharap DPR sebagai lembaga yang mewakili rakyat bisa mengkaji kembali 7 megaproyek tersebut. Sebab, masih ada prioritas yang harus dikerjakan DPR.

"7 Proyek DPR, tapi tidak bisa dipakai untuk meningkatkan kualitas. Sekarang yang dibutuhkan oleh DPR adalah kualitas intelektual. Saya kira usulan pembangunan itu menyinggung hati nurani masyarakat kecil. Sebaiknya ditunda," ujar Emil.

Menanggapi masukan tersebut, Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon tak bisa memastikan apakah 7 megaproyek ini tetap dikerjakan atau ditunda. Keduanya hanya memastikan masukan-masukan tersebut akan dijadikan catatan.

"Tentu ini akan menjadi masukan yang sangat baik," kata Fadli Zon.

7 Megaroyek yang akan dibangun DPR yakni, ruang kerja anggota, alun-alun demokrasi, museum dan perpustakaan, jalan akses bagi tamu ke Gedung DPR, visitor center, pembangunan ruang pusat kajian legislasi, serta integrasi kawasan tempat tinggal dan tempat kerja anggota DPR. (Ron/Ans)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya