Perkaya Pelindo II, Eks Menkeu Nilai RJ Lino Menyimpang

Menurut dia, Pelindo II seharusnya berfungsi untuk melancarkan arus keluar-masuknya barang, bukan untuk memperkaya perusahaan.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 31 Agu 2015, 02:21 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2015, 02:21 WIB
Aktivitas Bongkar Muat di JICT Tanjung Priok
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Jakarta International Cointainer Terminal (JICT),Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (25/3/2015). Pelindo II mencatat waktu tunggu pelayanan kapal dan barang sudah mendekati target pemerintah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan mengejutkan sempat keluar dari Dirut Pelindo II Richard Joost Lino ‎di tengah permasalahan Pelabuhan Tanjung Priok yang belum usai. Ia mengklaim bahwa dirinya telah memperkaya Pelindo II melalui kebijakan-kebijakan di Pelabuhan Tanjung Priok.

Namun, politisi senior Fuad Bawazier menilai RJ Lino telah menyimpang dari tugasnya sebagai Dirut Pelindo II. Menurut dia, Pelindo II seharusnya berfungsi untuk melancarkan arus keluar-masuknya barang, bukan untuk memperkaya perusahaan.

"Maaf, tidak bermaksud menjelekkan, kemarin ada statement Pak Lino begini, 'I'm make this company so rich'. Maksudnya Pelindo itu dibikin sama Pak Lino untuk kaya, untungnya besar," ujar Fuad dalam sebuah diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (30/8/2015).

"Padahal, itu fungsinya untuk melancarkan arus keluar-masuknya barang, bukan untuk memperkaya perusahaan (Pelindo), meski belum tentu memperkaya pribadi. Tapi ini kan udah menyimpang dari tujuan. Mampus deh kalo gini caranya," imbuh dia.

Lebih jauh, eks Menteri Keuangan (Menkeu) era Presiden Soeharto itu menyatakan, persoalan di pelabuhan sudah terjadi sangat lama. ‎Banyak pihak-pihak yang berkepentingan di dalamnya dan justru menyebabkan permasalahan di lapangan.

"Masalah pelabuhan ini adalah salah satu masalah kronis yang sudah sangat lama. Sepertinya yang punya kepentingan di dalam itu selama ini sudah banyak. Pemain-pemain itu sudah terlalu lama, kompak, dan menikmati. Sehingga lupa persoalan di pelabuhan," tutur Fuad.

Karena itu, ia berharap persoalan di pelabuhan, termasuk dwelling time segera ditangani. Karena akan berdampak pada perekonomian di Indonesia. Selain itu, tingginya cost di pelabuhan membuat produk lokal tidak bisa berkompetisi dengan asing.

"Makanya ini mohon dwelling time dan persoalan lain segera diatasi biar waktu nunggunya ng‎gak lama. Selain itu juga biar adil (sesuai urutannya). Jangan ada yang udah 5 hari nunggu nggak diangkut, yang 3 hari udah diangkut," harap dia.

‎Sebelumnya, Dirut Pelindo II RJ Lino menelepon Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil setelah kantornya digeledah Bareskrim Polri. Lino mengaku ingin mundur dari jabatannya karena kecewa dengan ‎tindakan polisi yang melakukan penggeledahan tanpa memberitahu lebih dulu.

‎"Tadi dari Bareskrim Polri yang ke sini. Pak Sofyan yaa, kalau Presiden tidak bisa clear hari ini, besok berhentilah. Susah negeri ini seperti ini. Kita kayak dihukum media. Begitu datang, media begitu banyak. Saya seperti dibuat seperti kriminal. Come on Pak. I'm make this company so rich. Enggak fair, Pak. Bapak tolong kasih tahu Presiden deh, kalau caranya seperti ini, saya berhenti," ucap Lino kepada Sofyan Djalil, Jumat 28 Agustus 2015. (Ado/Dan)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya