Liputan6.com, Jakarta - Komisi XI DPR menggelar Rapat Dengar Pendapat dengan Dirjen Pajak, Dirjen Bea dan Cukai, dan Dirjen Anggaran. Pada pertemuan ini, Komisi XI menyoroti lemahnya pendapatan negara di ketiga sektor yang berada di bawah Kementerian Keuangan ini.
Anggota Komisi XI Edison Betaubun mengatakan, beberapa Dirjen yang hadir dalam pertemuan ini harus memahami tentang aturan dan mekanisme tentang Komisi XI dan Badan Anggaran.
"Kementerian Keuangan bermitra dengan Komisi XI, keputusan harus dimulai di Komisi XI baru ditindaklanjuti ke Badan Anggaran, supaya itu dipahami tentang aturan dan mekanismenya," ujar Edison di Gedung DPR, Senayan, Kamis 8 Oktober 2015.
Pada kesempatan itu, Edison meminta kejelasan dari Dirjen Pajak, Dirjen Bea dan Cukai, dan Dirjen Anggaran untuk mengatur bagaimana langkah pemerintah dapat memperkecil selisih antara pajak potensial dengan realisasinya pada 2016.
Edison menjelaskan penerimaan pajak selalu berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi. Artinya, jika terjadi pertumbuhan, maka potensi penerimaan negara dari sektor perpajakan dapat diproyeksikan meningkat.
"Target peningkatan negara 5,1 persen dibanding dengan penerimaan target perubahan 2015, patut dipertanyakan," ujar dia.
"Mengingat struktur penerimaan masih didominasi oleh sektor cukai sekitar 35 persen, sektor migas PNBP sebesar 30 persen. Padahal sektor tersebut sangat terkait dengan kondisi perkembangan perekonomian domestik maupun dunia," sambung Edison.
Anggota Komisi XI Ahmad Nadjib mengatakan permasalahan pajak tidak lepas dari masalah potensi penerimaan pajak. Jika kemudian potensi pajak sering diragukan dan kemudian target realisasinya tidak tercapai, hal ini akan memperberat APBN.
"Dengan ini kalau kemudian target dan realisasinya tidak tercapai, kita kurangi saja belanjanya," kata Ahmad.
Dia juga menyoroti Dirjen Bea dan Cukai, terutama dari sektor tembakau yang masih menjadi perdebatan oleh beberapa kalangan sebagai sumber penerimaan negara.
"Saya selalu memperjuangkan cukai dari tembakau, tolong pilah produksi rokok yang menggunakan tembakau lokal dan tembakau asing. Jangan digunakan tarif yang sama. Di satu sisi kita bicara isu kesehatan tetapi di sisi yang lain kita berbicara tentang ekonomi masyarakat," tutur Ahmad.
Dia meminta agar Dirjen Bea dan Cukai dapat memberikan tarif yang tinggi terhadap tembakau impor.
"Jangan karena melihat mereknya (rokok) Indonesia tetapi tembakaunya Virginia. Masak mau disamakan dengan tembakau yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera, ini tidak fair," pungkas Ahmad. (Sun/Bob)
Komisi XI DPR Sebut Pendapatan Negara dari 3 Sektor Ini Lemah
Edison meminta kejelasan dari Dirjen Pajak, Dirjen Bea dan Cukai, dan Dirjen Anggaran untuk mengatur langkah pemerintah.
Diperbarui 09 Okt 2015, 08:50 WIBDiterbitkan 09 Okt 2015, 08:50 WIB
Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (8/10/2015). (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Rapat Kabinet Pertama, Donald Trump dan Elon Musk Bela Kebijakan AS Soal Efisiensi Anggaran
Jasa Marga Prediksi 2,18 Juta Kendaraan Tinggalkan Jakarta di Periode Mudik Lebaran 2025
Vinicius Junior Punya Alasan Tersendiri untuk Tak Menghadiri Acara Ballon d'Or, Apa Itu?
Cara Menyimpan Kulit Lumpia Agar Tahan Lama dan Tidak Berjamur, Begini Tipsnya
Jakarta Gelar Mudik Gratis Lebaran 2025, Ini Syarat Pendaftarannya
Arti Surah Al Falaq: Makna, Keutamaan dan Penjelasan Lengkap
Resep Klepon Ketan Manis dan Kenyal untuk Takjil Berbuka, Mudah Dibuat
Serangan Udara Israel Tewaskan 5 Warga Gaza di Tengah Kebuntuan Gencatan Senjata
Resep Praktis Kaldu Jamur Tanpa MSG untuk Masakan Sehat, Mudah Dibuat
Saksikan Sinetron Asmara Gen Z Episode Selasa 4 Maret Pukul 17.00 WIB di SCTV, Simak Sinopsisnya
Penyebab dan Ciri-Ciri Luka Diabetes, Begini Penanganannya
Memahami Arti Khalifah dalam Islam; Berikut Konsep, Sejarah, dan Fungsinya