Liputan6.com, Jakarta - Bos gangster India Rajendra Nikalje alias Chhota Rajan alias Kumar Mohan (56) seharusnya sudah bisa menjalani hukuman atas 25 kasus pembunuhan dan pengeboman yang dituduhkan padanya. Buronan Interpol tersebut semula direncanakan dideportasi dari Indonesia pada Selasa malam 3 November 2015.
Kini dia harus mendekam sehari lagi di Mapolda Bali. Kepulangan pria yang dikenal kejam itu ke tanah airnya ditunda lantaran kehendak alam.
Advertisement
Dari pulau seberang, Gunung Barujari di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah ‘terbatuk-batuk’. Beberapa kali gunung yang disebut sebagai Anak Gunung Rinjani itu mengeluarkan letusan hingga setinggi 3.500 meter dari permukaan laut (mdpl).
Meski terpisahkan oleh Selat Lombok, dampak letusan tersebut berpengaruh besar pada Bali. Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, Bali, sempat ditutup total akibat kiriman debu vulkanik Barujari sejak 3 November 2015.
Sebanyak 692 penerbangan terpaksa ditunda. Bandara baru akan dibuka pada Kamis (5/11/2015).
Karena itulah penerbangan bos gangster Chhota Rajan ke India ditunda hingga bandara dibuka kembali. Padahal seluruh berkasnya telah lengkap.
"Kita tunggu cuaca. Jadi tergantung cuaca. Kalau bagus bisa segera diberangkatkan, tergantung cuaca saja," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Bali Kombes Bambang Yogaswara di Mapolda Bali, pada Rabu 4 November 2015.
Baca Juga
Bali Tak Berkutik
Tak cuma Chhota Rajan saja yang terhambat deportasinya. Wakil Presiden India Hamid Ansari pun ikut terkena imbas.
Kebetulan, Hamid tengah berada di Pulau Dewata dalam rangkaian kunjungan kenegaraan untuk meresmikan patung Mahatma Gandhi di Universitas Udayana di Denpasar.
Pesawat kepresidenan Air India yang membawa orang nomor 2 di pemerintahan India itu tertahan di apron landasan Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Seperti disampaikan Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah IV Yusfandri Gona. "Seharusnya beliau sudah lepas landas sore ini," kata Gona pada 4 November 2015.
Sementara itu, sejumlah wisatawan kebingungan akibat penutupan bandara. Antrean panjang terjadi di loket check in terminal keberangkatan.
Salah satunya Hannah Donnelly, wisatawan asal Perth, Australia, yang tengah berlibur di Bali.
"Saya berlibur di Bali 4 hari bersama teman. Saya sudah tahu bandara ditutup hari ini. Saya sudah diberi tahu maskapai penerbangan saya," kata Hannah.
"Saya belum tahu selanjutnya, apakah saya akan menambah waktu liburan saya atau seperti apa. Sekarang saya masih menunggu informasi lanjutan dari pihak terkait, baru mengambil tindakan," imbuh dia.
Hal senada juga diungkapkan Villa, turis asal Perth, Australia, lainnya. "Saya berlibur 7 hari bersama keluarga. Sebelumnya saya tidak berkomunikasi dengan maskapai karena saya kira penerbangan lancar," ujar pria yang berlibur bersama anak dan istrinya itu.
Sementara itu, Australia juga ikut menyetop penerbangan menuju ke Bali. Seluruh penerbangan Virgin Australia dan Jetstar untuk hari 4 November 2015 dibatalkan.
Chris Davies dari Volcanic Ash Advisory Centre di Darwin, utara Australia, mengatakan kepada BBC bahwa abu vulkanik dari Anak Gunung Rinjani itu sebenarnya tidak mengganggu laju penerbangan.
"Aspek yang paling berbahaya bagi penerbangan adalah mesin jet modern bisa menyedot begitu banyak abu ke dalam yang kemudian bisa berubah menjadi semacam kristal," kata Davies.
"Abu yang mencair melapisi mesin dan mempengaruhi aliran bahan bakar. Skenario terburuk dapat menyebabkan mesin mati," sambung dia.
Batuk-batuk
Letusan Anak Gunung Rinjani tak cuma membuat Bali tak berkutik. Abu vulkanik dari erupsi gunung setinggi 2.376 meter di atas permukaan laut (MDPL) itu menyebabkan 2 bandara lainnya juga ditutup hingga 5 November 2015.
Hal itu disampaikan Kapuskom Kemenhub JA Barata. "Lombok Praya dan Banyuwangi," ucap Barata.
Hal ini karena abu vulkanik dari erupsi tersebut mengarah ke Jawa Timur. Berdasarkan pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Rinjani, kegempaan dan letusan masih terjadi dengan intensitas semakin tinggi.
Seperti disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho.
"Condong asap mengarah ke Barat mengikuti arah angin," tutur Sutopo.
Dia mengatakan, sebaran abu ke arah barat daya hingga barat laut dari pusat letusan dengan kecepatan 10 knots, pada lapisan permukaan hingga ketinggian 14.000 kaki. Sementara, dari pantauan satelit Himawari menunjukkan abu vulkanik mengarah ke arah barat hingga barat daya hingga ke Banyuwangi Jawa Timur.
Sampai saat ini status Anak Gunung Rinjani masih pada level II atau Waspada. Status ini diberlakukan sejak pukul 13.00 Wita, Minggu 25 Oktober 2015.
Meski gempa dan letusan diperkirakan masih tinggi, saat ini belum ada rencana untuk mengevakuasi warga di sekitar Gunung Rinjani.
Jumlah penduduk yang tinggal di kawasan rawan bencana erupsi Gunung Rinjani adalah 33.700 jiwa. Mereka terdiri dari 3 bagian, yaitu kawasan rawan bencana I berjumlah 13.800 jiwa, kawasan rawan bencana II berjumlah 14.700 jiwa, dan kawasan rawan bencana III berjumlah 5.300 jiwa.
"Masyarakat diimbau tetap tenang. Dilarang ada aktivitas masyarakat di dalam radius 3 kilometer dari Kaldera Gunung Rinjani," imbau Sutopo.
Yang jelas, masyarakat sekitar dan wisatawan dilarang beraktivitas dalam radius 3 km dari kawah Gunung Barujari.
Seluruh jalur pendakian ke Gunung Rinjani kini ditutup untuk sementara. Tak cuma ancaman erupsi dan laharnya saja, dikhawatirkan gas beracun yang dikeluarkan Gunung Barujari dapat membahayakan para pendaki.
Keberadaan Gunung Barujari tak bisa dilepaskan dari Gunung Rinjani. Itu karena posisinya yang menyatu dan tidak terpisahkan dengan Gunung Rinjani. Seperti dilansir Wikipedia, Barujari terletak di sisi timur kaldera gunung yang mempunyai ketinggian 3.726 m dpl ini terletak pada lintang 8º25' Lintang Selatan dan 116º28' Bujur Timur.
Ini bukan kali pertama Anak Gunung Rinjani 'batuk' atau mengeluarkan 'dahak'. Dikutip dari situs Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dalam kurun 1846-2009, gunung yang posisinya di sisi timur kaldera Gunung Rinjani ini tercatat telah beberapa kali meletus, yakni pada 1944 (awal mula terbentuknya Gunung Barujari), 1966, 1994, dan 2004.
Terakhir pada 2009, gunung yang secara administratif berada di 3 wilayah kabupaten, yakni Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Barat itu meletus dan memakan korban 31 jiwa akibat banjir bandang yang mengiringi. (Ndy/Ans)*