Liputan6.com, Jakarta - Kabar perombakakan kabinet atau reshuffle jilid II berhembus kencang. Siapa di posisi apa digantikan siapa menjadi tanda tanya. Beragam gaya para menteri Kabinet Kerja menjawab kabar perombakan, seperti Menteri Pertahanan Ryammizard Ryacudu dan Jaksa Agung HM Prasetyo.
Para pembantu Presiden, biasanya, selalu kompak menjawab pertanyaan awak media bila disinggung mengenai rencana perombakan kabinet saat ini: hak prerogatif Presiden. Namun demikian, ada yang berbeda dari cara penyampaiannya. Ada yang tenang, menghindari kerumunan wartawan, atau memilih diam.
Menhan Ryamizard contohnya. Kala disinggung mengenai rencana perombakan kabinet purnawirawan jenderal TNI AD ini menjawab tenang dan diplomatis. Dia menyebut, segala keputusan terkait itu ada di tangan Presiden. Dan, merupakan bagian deal politik.
Baca Juga
"Itu urusan Presiden, dia yang menilai. Menterinya tidak bisa menilai. Saya tidak tahu siapa, dimana selama ini yang pantas diganti. Ini masalah deal politik," ujar Ryamizard saat ditemui di TMP Kalibata, Jakarta, Selasa (10/11/2015).
Meski langkah Istana tersebut dinilainya sebagai bagian dari proses politik. Ryamizard menganggap setiap menteri yang dipilih Presiden mempunyai kualitas rata-rata.
"Saya rasa semuanya bagus. Kalau melihat sejak awal kan menteri-menteri yang dipilih bagus bukan sembarangan. Tapi kalau masalah politik, jelas pemerintahan ini kan politik, kita tunggu saja," tegas dia.
Berbeda dengan Ryamizard, Jaksa Agung Prasetyo justru merespons singkat soal reshuffle. Nama Prasetyo memang digadang-gadang akan terkena angin reshuffle Istana. Mantan Hakim Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva disebut-sebut akan menggantikan posisi Prasetyo.
"Jangan tanya saya ya, makasih," jawab dia di lokasi yang sama, seraya meninggalkan kerumunan wartawan. (Dry/Mut)