Mahyudin Dorong Pembentukan Pengurus Transisi Golkar

Menurut Mahyudin DPP transisi ini untuk mengawal munas ulang Golkar.

oleh Audrey Santoso diperbarui 13 Nov 2015, 13:56 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2015, 13:56 WIB
20151102-Dua-Kubu-Golkar-Jakarta
Ketum Golkar Munas Ancol Agung Laksono, Menkopolhukam Luhut Pandjaitan, Ketum Golkar Munas Bali Aburizal Bakrie dan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat silaturahmi nasional Golkar di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Minggu (1/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Umum Partai Golkar Mahyudin angkat bicara mengenai kisruh yang terjadi di partainya. Diapun setuju jika dibentuk Dewan Pimpinan Pusat (DPP) transisi untuk mengawal Musyawarah Nasional (Munas) ulang.

Menurutnya kepengurusan DPP transisi dapat dibentuk dengan mengadaptasi pengurus versi Munas Riau di mana Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum dan Agung Laksono sebagai Ketua Harian partai berlambang pohon beringin itu.

"Saya berharap munas dilaksanakan. Yang dimenangkan di Mahkamah Agung itu kan munas Riau. Kalau di munas Riau, ARB jadi Ketua Umum, Agung Laksono Ketua Harian, Idrus Marham Sekjennya, jadilah itu DPP transisi. Nah kalau sudah setuju tinggal mengawal munas," ujar Mahyudin di Denpasar, Bali, Jumat (13/11/2015).

Mahyudin menegaskan bahwa Golkar adalah partai milik rakyat dan bukan milik seseorang. Jika kisruh Golkar terus berlanjut maka ia khawatir kekuatan politik partai tertua di Indonesia itu akan memudar.

Jika hal tersebut terjadi, Mahyudin yakin tidak ada satu pihak pun yang mau disalahkan. Karenanya, ia berharap semua kader yang bernaung di bawah bendera Golkar untuk menyampingkan ego masing-masing demi masa depan partai.

"Golkar itu bukan milik satu orang, tapi semua kader, semua orang. Kalau Golkar berantakan, apa yang ngotot-ngototan itu mau bertanggung jawab? Kita berfikir masa depan partai. Kalau tidak ditindaklanjuti dengan sesuatu yang kongkrit, silatnas akan gitu-gitu saja," tandas dia.

Mahyudin berpendapat, semua pihak harus membuktikan diri bahwa bersedia melakukan konsolidasi. Jika terus-terusan 'berperang' di meja hijau, maka masyarakat yang disuguhan perseteruan akan menyikapi Golkar dengan apatis.

"Akan semakin apatis masyarakat karena dikira Golkar main-main. Sudah saya bilang kalau nggak ada yang mengalah ya nggak jadi-jadi," ujar Mahyudin. (Nil/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya