Liputan6.com, Jakarta Pengamat terorisme Ansyaad Mbai berpendapat ancaman kelompok teroris Santoso tak bisa dianggap isapan jempol belaka. Secara pribadi, Ansyaad menganggap ancaman tersebut berpotensi terealisasi.
Namun ia enggan bersuara lantaran khawatir dianggap menyebarkan isu teror dan menciptakan suasana yang mencekam.
"Soal ancaman itu (dianggap) main-main, terserah. Diterjemahkan sendiri. Kalau saya yang bilang ada ancaman, nanti saya yang dibilang teroris," ujar Ansyaad saat menghadiri acara diskusi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (25/11/2015).
Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) ini mengatakan, sekitar 145 warga Indonesia pulang pergi ke Suriah karena berafiliasi dengan kelompok radikal Islamiq State of Iraq and Syria (ISIS).
Menurut dia, kelompok teroris di Indonesia berkaitan erat dengan ISIS. Gawatnya 145 orang yang dimaksud, saat ini sudah menetap di Indonesia dan diduga kuat menyebarkan paham radikalisme.
"Saya sudah bilang sebanyak 145 (orang) yang pulang pergi dari Indonesia ke Suriah sudah kembali kini ke Indonesia. Karena mereka berhubungan teroris di sana, berkaitan dengan teroris di Irak," terang dia.
Baca Juga
Ia pun menilai kapabilitas jaringan teroris Indonesia seperti Santoso sebanding dengan kelompok militan Suriah dan Irak.
"Terosis di sana (Poso) sama, ada kaitannya seperti di Suriah dan Irak. Mereka memiliki kekuatan yang sama," tandas Ansyaad.
Sebelumnya beredar video berjudul 'Pesan Sang Komandan' yang di dalamnya berisi ancaman akan menyerang Polda Metro Jaya dan menancapkan bendera Mujahidin Indonesia Timur (MIT) ini di Istana Negara.
Namun, Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian mengatakan, jaringan teroris yang ada di Jakarta belum memiliki kemampuan meneror seperti yang terjadi di Paris, Prancis. (Nil/Sun)