Liputan6.com, Bengkulu - Puluhan kapal asing saat ini masih berkeliaran menjarah potensi laut di perairan sekitar Pulau Enggano Provinsi Bengkulu, yang merupakan pulau terluar bagian barat Indonesia.
Modus yang digunakan oleh awak kapal berukuran lebih dari 40 grass ton (GT) itu, mereka menggunakan bendera Merah Putih di palka atau tiang utama kapal. Tetapi ketika didekati, ternyata mereka tidak ada yang bisa berbahasa Indonesia.
Kepala suku masyarakat Enggano, Harun Kaarubi Pabuki menyatakan, ukuran kapal asing yang menjarah laut Enggano yang masih tercatat sebagai wilayah teritorial Republik Indonesia itu sangat besar dan sulit didekati oleh kapal nelayan tradisional.
"Mereka bisa menciptakan gelombang dari goncangan kapal, kami sulit mendekat, beberapa kali kami paksakan dan naik ke kapal mereka, ternyata tidak ada satu pun awak kapal yang bisa berkomunikasi dengan kami," jelas Harun di Bengkulu (19/12/2015).
Baca Juga
Dari ucapan yang mereka lontarkan, kata Harun, kemungkinan bahasa yang digunakan adalah bahasa Thailand, Vietnam dan China. Beberapa tulisan yang terdapat di kapal kapal asing itu juga menandakan mereka berasal dari luar Indonesia.
Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Provinsi Bengkulu Deftri Hamdi mengaku geram dengan ulah para penjarah ikan dan potensi laut di perairan Enggano. Pemerintahan Jokowi yang memprogramkan perberdayaan kemaritiman seharusnya memantau perkembangan ini.
"Harusnya patroli laut lebih digencarkan dan tangkap mereka untuk memberikan efek jera, jika ini terus dibiarkan, tentu saja kita sebagai pemilik negeri ini akan terus merugi," tegas Deftri.
Advertisement
Nikmati 'Segelas Kopi' dari Boomerang di bawah ini: