Liputan6.com, Jembrana - Seorang perempuan muda menyapu di taman rekreasi. Tangannya cekatan memainkan gagang sapu yang dipegangnya. Rambutnya pendek, badannya mungil dan kurus.
Itulah potret hidup yang dipertontonkan Ni Putu Renika Sari, gadis asal Lingkungan Sawe, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali. Di tingkat Asia, Renika Sari tercatat sebagai atlet panjat tebing berprestasi.
Namun kini, wanita 25 tahun itu menjadi tukang sapu di taman rekreasi Gedung Kesenian Bung Karno milik Pemerintah Kabupaten Jembrana, Bali.
Prestasi yang mewakili Kabupaten Jembrana dan mengharumkan nama Bali di tingkat internasional tak mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Peraih 1 medali emas dan 1 medali perunggu dalam ASIA Youth Cup tahun 2009 di Denpasar itu hidup dalam kesederhanaan.
Baca Juga
"Saya sangat bersyukur diberikan pekerjaan oleh Pemkab Jembrana, walau hanya sebagai tukang sapu taman. Karena masih banyak mantan atlet berprestasi lainnya belum punya pekerjaan," kata Renika Sari ditemui saat menyapu di taman, Selasa (22/12/2015) sore.
Renika Sari menuturkan, Pemkab Jembrana memberikannya pekerjaan sebagai tenaga kontrak kebersihan sejak 2014. Sebelumnya, dia bekerja sebagai tenaga serabutan yang penghasilannya tidak lebih Rp 50 ribu per hari.
Advertisement
Alumnus SMA Negeri 1 Negara yang tinggal bersama ibunya dan tinggal di rumah milik neneknya ini memiliki semangat dan tekad yang kuat sebagai tulang punggung keluarga, walau penghasilannya sebagai tukang sapu tak lebih dari Rp 1 juta.
"Penghasilan Rp 999 ribu saya rasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama ibu saya," kata anak pertama dari Ni Luh Sukermi, seorang penjual canang (sesajen dalam bentuk bunga).
Baca Juga
- 3 Mantan Atlet Nasional Resmi Jadi Anggota DPR
- Mantan Atlet Indonesia: Kerja Serabutan Demi Rezeki Halal
- Nasib Atlet Indonesia, From Hero to Zero
Kendati setiap pagi dan sore ia menyapu di lahan yang cukup luas itu, Renika Sari tetap berusaha membagi waktu untuk fokus latihan panjat tebing.
Dia mengaku, tidak punya waktu bersenang-senang karena setiap Senin sampai Jumat, setelah selesai menyapu pada pukul 16.00 Wita, dia harus latihan bersama belasan atlet lainnya di Stadion Pecangakan-Jembrana hingga pukul 21.00 Wita.
Renika Sari mengakui, jika ia mengikuti pertandingan keluar daerah untuk beberapa hari, maka pekerjaan menyapu digantikan ibunya. Tak sedikitpun dia malu melakoni pekerjaan sebagai tukang sapu di keramaian.
Ia menuturkan, sebagai atlet hanya memperoleh bonus ketika mendapat medali dari pertandingan yang dia ikuti.
"Saya mendapat bonus saat mendapatkan medali saja," tutur Renika Sari.