Kisah Ibu Merasa Dihina Ahok

Menurut Yusri, tidak hanya dirinya yang menjadi korban cemoohan, putri keduanya A juga tidak mau lagi sekolah.

oleh Ahmad Romadoni Moch Harun SyahAudrey Santoso diperbarui 24 Des 2015, 00:07 WIB
Diterbitkan 24 Des 2015, 00:07 WIB
Nafiysul Qodar/Liputan6.com
Warga Koa Yusri Isnaeni melaporkan Ahok ke polisi (Nafiysul Qodar/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Yusri Isnaeni melaporkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ke Mapolda Metro Jaya. Warga Koja Jakarta Utara ini menuntut ganti rugi kepada pria yang kerap disapa Ahok itu sebesar Rp 100 miliar.

Ibu muda itu juga menuntut Ahok meminta maaf kepadanya di depan publik. Perempuan berusia 32 tahun itu mengaku malu atas sikap Ahok yang menyebutnya maling saat mempertanyakan teknis penggunaan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Saat itu, Yusri disebut Ahok sebagai maling karena mencairkan dana KJP.

Yusri tak sendiri, dia menggandeng Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Komisi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Komnas HAM.

Dari peristiwa itu, Yusri sakit hati dan menanggung rasa malu lantaran terus dicemooh para tetangganya.

"Dari tetangga dicemooh. 'Ngapain lagian ibu nyairin KJP segala, jadinya dibilang maling kan sama gubernur'," kata Yusri di rumahnya Jalan Mahoni, Koja, Jakarta Utara, Selasa 22 Desember 2015.

Dia tak habis pikir dengan peristiwa saat dirinya bertemu Ahok di Balai Kota. Awalnya dia melihat momen tersebut sebagai sebuah keberuntungan lantaran bisa ketemu langsung orang nomor 1 di Jakarta itu untuk menyampaikan masalahnya.

"Saya kan nanya, justru harusnya beliau terbantu kan saya laporin oknum nakal. Lah kenapa malah jadi saya yang kena makian" kata Yusri.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama geram dengan harga barang di JakBook dan Edu Fair 2015 lebih mahal dari harga pasaran, Jakarta, Senin (27/7). Ahok menghimbau agar warga tidak lagi belanja dipameran tersebut. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Menurut Yusri, tidak hanya dirinya yang menjadi korban cemoohan, putri keduanya A yang duduk di kelas 3 SD Al Khoiriyah, Koja, Jakarta Utara, juga merasakan hal yang sama.

"Ya anak-anak sekarang sudah nonton TV. Mungkin dikasih tahu sama orang tuanya juga kan. Anak saya jadi korban jadinya. Malu juga dia," kata Yusri saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta Utara, Selasa 22 Desember 2015.

Yusri mengatakan, A sudah tidak mau bersekolah lagi. Selain malu, putri bontotnya itu juga saat ini cenderung lebih banyak diam. Ia tak mau tinggal diam. Yusri pun mengaku sempat mendatangi ke sekolah A untuk menjelaskan peristiwa sebenarnya ke guru-guru di sekolah dan teman-teman anaknya.

Sakit hati tidak hanya dirasakan Yusri. Orangtua Yusri, Muliyati (55) juga mengaku sempat menangis, saat melihat Ahok memaki anak sulungnya di televisi. Seharusnya Ahok lebih dulu mendengar penjelasan Yusri.

"Saya nangis lihatnya. Saya sakit hati juga lah lihatnya. Justru Yusri itu sering bilangin orangtua lainnya, biar jangan dicairkan nanti bisa ditarik," kata Muliyati di rumahnya, Jalan Mahoni, Koja, Jakarta Utara, Rabu (23/12/2015).

Muliyati melanjutkan, saat ini Yusri jadi kambing hitam para pedagang dan ibu-ibu yang biasa mencairkan dana KJP. Yusri dan dirinya sering dicemooh karena keberanian ibu muda itu menemui Ahok.

Siswi menunjukan KJP usai menerimanya di SMK 56 Pluit, Jakarta (21/5/2015). Pemprov DKI Jakarta bekerjasama dengan Bank DKI memberikan pelayanan dengan metode transaksi elektronik atau non-tunai untuk pencairan dana KJP. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Yusri meminta agar Polda Metro Jaya tetap mengusut laporannya sekalipun Ahok meminta maaf. Dia tidak akan mencabut laporan dugaan pencemaran nama baik dan fitnah yang tertuang dalam Pasal 310 dan 311 KUHP.

Ia mengatakan, Ahok sudah pernah minta maaf dan mengakui kesalahannya karena menyebut ibu 3 anak itu maling KJP. Tapi, ia menolak mentah-mentah permohonan maaf Ahok lantaran Ahok meminta maaf lewat orang suruhannya.

"Ada telepon dari Hasanudin Ismail yaitu sekitar jam 18.00 WIB minta maaf atas nama Ahok. Orang itu mengaku disuruh Ahok. Dia bilang maaf ya soal tadi, Pak Ahok lagi capek mungkin," tutur dia.

Ia melanjutkan, permohonan Ahok itu disampaikan oleh Hasanudin Ismail saat dirinya sampai di rumah sepulang dari Balai Kota sepekan yang lalu. Tepatnya pada Kamis, 10 Desember 2015.

"Saya enggak bisa terimalah. Yang minta maaf kok orang (lain)? Itu abis saya dari sana gedung Balai Kota," ucap dia.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama geram dengan harga barang di JakBook dan Edu Fair 2015 lebih mahal dari harga pasaran, Jakarta, Senin (27/7). Ahok menghimbau agar warga tidak lagi belanja dipameran tersebut. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Tanggapan Ahok

Ahok mengendus upaya politisasi dalam tindakan Yusri Isnaeni yang melaporkannya ke polisi dan lembaga lain.

"Saya sudah lihat ini politisasi. Mana ada ibu-ibu terima KJP, enggak mampu, sampai bisa tahu hitungan duit. Dia ngaku terima uang. Kalau terima uang kenapa enggak lapor dari awal? Kenapa lapornya ke DPRD?" ujar Ahok di Gedung Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu 16 Desember 2015.

Ahok juga menuding ada seseorang yang mendorong Yusri menuntut dirinya Rp 100 miliar. Menurut Ahok, mustahil jika seorang warga kurang mampu memiliki inisiatif sendiri untuk menuntut seseorang dengan sejumlah uang yang nilainya fantastis.
 
Ahok‎ membeberkan alasan terkait sebutan maling kepada Yusri. Saat itu Yusri mengadu ke Ahok lantaran dipotong 10 persen ‎saat mencairkan dana Kartu Jakarta Pintar milik anaknya.

Padahal sesuai peraturan, uang KJP tidak bisa dicairkan dalam bentuk tunai. Dana bantuan itu hanya bisa digunakan untuk kebutuhan sekolah anak di tempat-tempat yang telah disediakan.

"Saya juga marah-marah, enak saja dia mengambil uang kita, itu pelanggaran. Kalau kamu mengambil uang kontan itu pelanggaran, terus kamu menggunakan KJP anakmu itu pelanggaran, jelas. Makanya saya bilang mencuri (maling) uang‎," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis 17 Desember.

‎Ahok tidak ingin dana KJP itu disalahgunakan karena kebijakan penggunaannya tidak bisa diuangkan secara tunai.

"Sebagai gubernur saya harus menjaga uang rakyat supaya tidak dicuri. Kalau Anda mau menguangkan, berarti Anda mengambil uang yang bukan hak Anda, itu mencuri," ucap dia.

Ahok juga menyatakan, tidak pernah sama sekali mengajukan permintaan maaf kepada Yusri. Ia membantah tudingan bahwa dirinya memerintahkan anak buahnya untuk menelepon Yusri meminta maaf soal sikap yang menyebut perempuan 32 tahun itu maling.

"Siapa bilang, ngarang saja. Ngapain saya minta maaf sama orang yang curi uang rakyat," kata Ahok.


Semua bermula kala ibu muda 32 tahun itu sakit hati lantaran 3 kali disebut maling oleh Ahok di depan publik.

Hadapi Laporan Balik Ahok

Sepekan sudah Yusri Isnaeni melaporkan Ahok ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Metro Jaya mengenai dugaan pencemaran nama baiknya. Namun, penyidik Polda Metro Jaya hingga kini belum memeriksa dan membuat berita acara pemeriksaan atau BAP atas dirinya.

Yusri mengatakan, penyidik yang kala itu melayaninya menyatakan akan memanggil janda 32 tahun itu, dalam waktu sepekan atau 2 pekan setelah pembuatan laporan. Jika dalam kurun 2 pekan Yusri tak kunjung dipanggil, dirinya akan menyambangi kembali Mapolda Metro Jaya untuk menanyakan kejelasan proses hukumnya.

"Saya belum di-BAP. Katanya nanti sekitar seminggu atau 2 minggu. Kalau laporan kami tidak diproses, kami akan kembali lagi ke Polda," ujar Yusri kepada Liputan6.com ketika dihubungi, Rabu (23/12/2015).

Dia juga tidak memusingkan pernyataan Ahok, yang akan menggugat balik dirinya. Sebab, bukti kesalahan Ahok sudah jelas, yaitu menudingnya sebagai maling.

"Mau sampai mana juga. Saya itu mencari keadilan dan kebenaran. Saya siap. Saya itu terhina dengan pernyataannya yang bilang saya maling. Tapi kalau malah dia mau melaporkan balik ya silakan saja. Saya juga sudah laporin dia ke Komnas HAM dan Perempuan," ujar dia.

Yusri mengakui Ahok merupakan pemimpin yang cerdas. Namun, menyayangkan sikap arogan dan kasar Ahok muncul saat ada warganya yang menemuinya dan ingin minta penjelasan soal program yang tengah dijalankan Pemprov DKI.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya