Demi Banten, Tantowi Yahya Tolak Tawaran Jadi Cagub DKI Jakarta

Kata Tantowi, sebagai warga Banten dia lebih memahami kondisi daerahnya ketimbang Jakarta.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 04 Feb 2016, 13:12 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2016, 13:12 WIB
20160204-Politisi Partai Golongan Karya Tantowi Yahya -Jakarta
Politisi Partai Golongan Karya (Golkar), Tantowi Yahya (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie atau Ical telah meminta Tantowi Yahya untuk menjadi rival Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta tahun 2017. Tapi penyanyi country ini menolak tawaran Ical. Dia lebih memilih bertarung di Pilkada Banten.

"Saya didorong oleh Partai Golkar untuk maju Pilgub DKI, tetapi keinginan saya bukan di DKI. Sebagai warga Banten, saya ingin membangun Banten," kata Tantowi saat mengunjungi redaksi Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (4/2/2016).

Awalnya, Tantowi melanjutkan, dia harus menjelaskan kepada Ical alasan dia menolak menjadi calon Gubernur DKI Jakarta. Namun setelah mendengar penjelasannya, pentolan Partai Beringin itu akhirnya memahami.

"Akhirnya dia mendukung. Parpol adalah simbol demokrasi, keputusan tidak hanya diambil oleh Ketum, tetapi dari bawah," ujar Tantowi.


Sebagai warga Banten, Tantowi menyatakan lebih memahami kondisi daerahnya ketimbang Jakarta. Bukan saja masalah geografis, tetapi juga soal demografis dan suasana kebatinan masyarakat Banten.

"Tantangan di Banten sangat besar, dengan pengalaman dan dukungan Partai Golkar, akan sangat bermanfaat apabila untuk membangun Banten," ucap Tantowi.

Namun untuk menjadi calon Gubernur Banten, dia harus melalui beberapa proses. Antara lain melalui pembahasan di DPD Partai Golkar Banten. Kemudian setelah digodok di tingkat bawah, namanya diserahkan ke DPP untuk diajukan sebagai calon tunggal.

"Nama saya dan kader Golkar digodok di sana, lalu DPP akan mengajukan calon tunggal di Pilkada Gubernur Banten," tutur Tantowi.

Sementara untuk wakilnya, Tantowi melanjutkan, bisa berasal dari partai lain atau dari sesama Partai Golkar. "Dilihat bagaimana hasil survei, siapa paling tinggi, berkualitas dan lainnya akan dipertimbangkan," demikian Tantowi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya