Liputan6.com, Jakarta - Tak bisa dipungkiri, fenomena 'Turn Back Crime' di Indonesia, khususnya di Jakarta begitu cepat merebak. Kehadiran polisi berseragam Polo biru dongker itu, semakin gencar setelah peristiwa bom Thamrin.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti pun buka-bukaan, soal awal mula Turn Back Crime muncul di institusi yang dipimpinnya.
Pria yang disebut sebagai pelopor Turn Back Crime itu mengakui, setiap polisi memiliki latar belakang berbeda, tidak semua mengerti soal tata cara berbusana.
Begitu masuk ke Polda Metro Jaya, Krishna langsung menularkan ilmu fashion sebagai anggota kepolisian. Ditambah dengan pengalamannya 6 tahun bertugas di luar negeri.
"Polisi kan beda-beda. Kadang enggak paham fashion, kamsupay (kampungan). Akhirnya, pelan-pelan kita bina dengan pengalaman saya 6 tahun di luar negeri," ungkap dia pada talk show pameran Turn Back Crime Polda Metro Jaya, Gandaria City, Jakarta Selatan, Sabtu (9/4/2016).
"Kalau dulu kan pakaiannya kaku kaya office boy kan kasian," sambung dia.
Pada acara yang juga dihadiri artis Olla Ramlan, Ayu Dewi, dan Rhenald Kasali itu, Krishna Murti mendapat pertanyaan dari Olla.
Baca Juga
- Cerita Pahit Kombes Krishna Saat Kartu Kreditnya Dibobol di AS
- Cerita Krisna Murti Jadi Tempat Curhat Olla Ramlan
- Mengenal Polisi Pemeriksa Sidik Jari dan Cara Kerjanya
Olla menanyakan berapa anggaran yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan seragam Turn Back Crime, untuk dia dan anggotanya. Termasuk, pemilihan warna perpaduan antara biru dongker dengan cream.
"Ya itu kita harganya juga murah Rp 75 ribu, celananya ada jahit sendiri. Kalau yang di sini mah mahal. Ada yang cicil potong gaji. Kalau warna ya sudah di mach-maching lah," ujar Krishna.
"Saya pernah lihat anak saya main barbie kan bongkar pasang baju. Ya seperti main barbie-barbiean aja lah," imbuh dia.
Terlepas dari itu semua, kata Krishna, tentu komunikasi yang baik dengan anak buah harus benar-benar dijaga dengan baik. Sehingga pesan, semangat, dan gairah dalam bertugas tetap terjaga.
"Kalau bawahan lagi laporan terus cuma iya lapor apa sambil cek WA, apa tidak sakit hati? Langkah positif yang kita lakukan itu harus viral, atasan keren itu biasa. Tapi kalau anak buah keren itu baru luar biasa. Apa yang kami dapat hanya impact saja," kata dia.
"Ini foto buat pameran aja balik lagi ya, koplak lagi. Kita rutin aja kerja yang baik bagi masyarakat, masyarakat percaya, anggota tidak frustasi. Pameran ini hanya bentuk komunikasi dengan masyatakat saja, agar lebih dekat. Setelah ini kembali ke dunia nyata," pungkas Krishna.