Keluhan Sopir Saat Bergabung dengan Bajaj Online

Sopir bajaj harus menyerahkan BPKB sebagai jaminan ketika mendapatkan handphone yang didukung dengan aplikasi BajajApp.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 12 Apr 2016, 20:07 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2016, 20:07 WIB
Terminal Blok M
Beberapa bajaj mangkal di depan Terminal Bus Blok M, Jakarta Selatan. (Liputan6.com/Anri Syaiful)

Liputan6.com, Jakarta - Bajaj online yang telah diluncurkan pada Oktober 2015 kini sudah mati. Bukan hanya karena kurang modal, syarat bagi pengemudi yang ingin bergabung dengan bajaj online pun berat.

Seorang pengemudi bajaj bernama Risman (40), mengungkap untuk dapat bergabung dengan bajaj online dia harus menyerahkan Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) sebagai salah satu jaminan kepada perusahaan.

"Saya kan pulnya di Cipinang. Nah waktu ditawarin buat ngambil bajaj online atau tidak, pas ditanya harus nyetorin BPKB, itu kan repot. Apalagi saya kan enggak punya motor," ujar Risman saat ditemui Liputan6.com di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (12/4/2016).

BPKB itu, kata dia, jadi jaminan untuk mendapat handphone yang didukung aplikasi BajajApp.

"Kan diajarin gratis. Terus dikasih handphone. Jadi BPKB itu menjadi jaminan. Karena susah, akhirnya saya enggak ambil," ungkap Risman.

Sementara, pengemudi lainnya, Mulyono (44) menuturkan, jika menggunakan basis online, justru sulit mendapatkan penumpang.

"Katanya di aplikasinya kan di hitung per kilometer. Nah, ada yang cerita dari jalan Sabang ke Stasiun Senen dikasih harga Rp 35 ribu. Kan kemahalan. Coba nawar-nawar, Rp 25 ribu juga kita mau," ungkap dia.

Karena itu, menurut Mulyono, jika benar-benar ingin agar Bajaj bersaing dengan angkutan umum berbasis online lainnya, maka harus dipersiapkan dengan matang.

"Ya ditata yang rapi. Syaratnya enggak berat. Terus dikecengin promosinya. Baru bisa. Tapi sekarang lebih nyaman kayak gini aja dulu (konvesional)," pungkas Mulyono.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya