3 Agenda Prioritas Jokowi saat Bertemu PM Belanda

Jokowi menyampaikan bahwa kedatangannya merupakan bagian dari kunjungan balasan Rutte dan delegasi Belanda pada 2013 lalu.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 22 Apr 2016, 16:56 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2016, 16:56 WIB
20160418- Jokowi Pidato di Depan Pengusaha Jerman-Biro Pers
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat forum bisnis di Ballroom Hotel Adlon Kempinski, Berlin, Jerman, Senin (18/4/2016). Forum ini mempertemukan investor dan pemerintah kedua negara untuk membicarakan investasi jangka panjang. (Biro Pers Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo bertemu dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte di Catshuis, kediaman resmi PM Belanda, di Den Haag, Jumat, (22/4/2016). Kedatangan Jokowi merupakan bagian dari kunjungan balasan PM Rutte ke Jakarta pada 2013 silam. 

Berdasarkan keterangan tertulis dari Tim Komunikasi Presiden, 2 pimpinan negara itu memulai rangkaian acara dengan pertemuan tertutup di salah satu ruangan. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pertemuan bilateral antara delegasi Republik Indonesia dan delegasi Kerajaan Belanda.

Kepada PM Rutte, Jokowi menyampaikan bahwa kedatangannya merupakan bagian dari kunjungan balasan Rutte dan delegasi Belanda pada 2013 lalu. Saat itu, Jokowi masih menjabat Gubernur dan sempat mengajak Rutte Blusukan ke Waduk Pluit, Jakarta Utara.

"Saya sangat bahagia karena dapat membalas kunjungan PM Rutte pada tahun 2013. Ini adalah kunjungan Seorang Presiden Indonesia dalam 16 tahun terakhir," kata Jokowi.

Jokowi menyampaikan bahwa sulit untuk memilih prioritas kerja sama saat berbicara mengenai hubungan Indonesia dan Belanda. Hal ini dikarenakan hubungan RI dan Belanda sangat intensif dan berada hampir di semua sektor.

"Namun, pada kesempatan ini, saya ingin memfokuskan pada 3 prioritas pengelolaan air, maritim, serta perdagangan dan investasi," ujar Jokowi.

Dalam pertemuan ini, Jokowi menyatakan kegembiraannya atas pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur, terutama yang terkait dengan sanitasi dan tata kelola air bersih Indonesia. Persoalan tersebut menurutnya menjadi masalah besar di beberapa daerah di Indonesia.

"Kami menghadapi tantangan untuk menanggulangi banjir, mengatasi abrasi pantai, dan ketersediaan air bersih," ucapnya.

Jokowi berharap kerjasama pengelolaan air dapat difokuskan untuk mengatasi 3 tantangan tersebut, terutama dalam bidang transfer keahlian dan teknologi. "Saya apresiasi pembaruan MoU kerja sama air pada tahun 2015 untuk 5 tahun ke depan," imbuh mantan Walikota Solo itu.

Jokowi juga mengapresiasi kerjasama Belanda dalam Jakarta Coastal Development Strategy (JCDS). Apresiasi juga untuk kerjasama proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang sedang berlangsung saat ini. "Termasuk dukungan Belanda dalam penyusunan Master Plan NCICD."

Kerjasama Maritim

Di bidang maritim, Jokowi mengapresiasi minat Belanda untuk mendukung Indonesia mewujudkan visi poros maritim. Visi tersebut diwujudkan dengan pengembangan maritime cluster, baik perikanan, pembangunan kapal laut, infrastruktur, dan sumber daya laut.

Selain itu juga peningkatan kapasitas SDM melalui program vocational training bagi pelajar dan mahasiswa sekolah maritim di Indonesia. Hal lain yang tak kalah penting adalah pengembangan peta jangka panjang pembangunan maritim Indonesia.

"Saya undang perusahaan-perusahaan bidang maritim di Belanda untuk terlibat dalam pembangunan deep seaports di wilayah Indonesia Timur," kata Jokowi.

Partisipasi perusahaan-perusahaan Belanda dalam proyek-proyek infrastruktur maritim di Indonesia seperti pembangunan deep seaport Kuala Tanjung dan Pelabuhan Tanjung Priok, sangat dihargai oleh Indonesia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya