Hubungan Menko Luhut, Mayfair dan Panama Papers

Luhut angkat bicara dan memastikan tidak ada satupun perusahaan miliknya yang tidak membayar pajak apalagi masuk Panama Papers.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 25 Apr 2016, 09:57 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2016, 09:57 WIB
20151119-Luhut Beri Keterangan Terkait Transkrip Novanto-Freeport-Jakarta
Menko Polhukam Luhut Panjaitan saat jumpa pers pencatutan namanya dalam negosiasi Ketua DPR Setya Novanto-Freeport, di Jakarta, Kamis (19/11). Luhut menyebut kalau dirinya tak tahu menahu dan tak pernah bicara urusan saham. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan dibuat pusing dengan munculnya nama beberapa perusahaan yang masuk radar Panama Papers. Luhut pun angkat bicara dan memastikan tidak ada satupun perusahaan miliknya yang tidak membayar pajak apalagi masuk Panama Papers.

Luhut menjelaskan, Mayfair International yang disebut masuk dalam Panama Papers bukanlah perusahaan miliknya. Selama menjalankan usaha, dia tidak pernah mendirikan bahkan mendengar nama perusahaan itu yang disebut telah ada sejak 2006.

"2006 itu saya belum memiliki uang, jadi untuk apa saya mendirikan perusahaan cangkang seperti itu," jelas Luhut di Kantor Menko Polhukam, Jakarta, Senin (25/4/2016).

Dia curiga perusahaan itu didirikan tanpa sepengetahuannya karena untuk mendirikan perusahaan cangkang tidak perlu tanda tangannya. Selain itu, alamat yang digunakan dalam data pun salah. Begitu pula dengan anak perusahaanya Buana Inti Energi.

"Perusahaan cangkang itu tidak masuk dalam laporan LHKPN karena saya tidak merasa memiliki atau menjadi bagian dari perusahaan itu. Selain itu, saya tidak pernah menerima apapun dari perusahaan itu," tutur Luhut.

Hal serupa juga berlaku pada PT Persada Inti Energi. Purnawirawan jenderal bintang 4 itu menegaskan, perusahaan tersebut bukanlah miliknya, sehingga segala aktivitas yang dilakukan perusahaan tidak diketahuinya.

Sedangkan, mengenai nama Elizabeth sebagai pemegang saham yang disebut merupakan anak buahnya, Luhut pun membantah. Elizabeth sudah tidak lagi bekerja dengannya setelah 2008 mengundurkan diri sebagai Direktur Keuangan.

"Perusahaan kami Toba Bara Sejahtera sejak 2010-2015 sudah lebih dari 300 juta dolar membayar pajak ke negara. Bahkan, pada 2014 salah satu perusahaan kami mendapat penghargaan dari kantor pajak sebagai perusahaan dengan peningkatan pembayaran pajak tertinggi padahal harga batu bara sedang turun," imbuh Luhut.

Sejak 31 Desember 2014, Luhut juga melepas semua jabatan perusahaan. Kekayaan yang dimiliki juga dilaporkan dalam LHKPN.

"Saya tidak pernah berkeinginan sedikit pun untuk tidak membayar pajak. Saya salah satu pembayar pajak yang setia dan itu menurut saya nilai-nilai yang penting," Luhut memungkas.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya