Ibu Korban Penembakan Semanggi Tolak Soeharto Jadi Pahlawan

Sumarsih mempertanyakan atas dasar apa pemberian gelar pahlawan nasional untuk Soeharto.

oleh Muslim AR diperbarui 25 Mei 2016, 04:43 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2016, 04:43 WIB
Kontras menolak gelar pahlawan untuk Soeharto
Kontras menolak gelar pahlawan untuk Soeharto (Liputan6.com/ Muslim AR)

Liputan6.com, Jakarta - Maria Catarina Sumarsih, ibu Wawan, mahasiswa Atma Jaya korban tragedi penembakan Semanggi 1998, menolak jika gelar pahlawan nasional diberikan kepada Soeharto. Sebab, setiap memperingati 12 Mei, dia belum mampu menghilangkan ingatan bagaimana anaknya meregang nyawa.

"Ketika saya mendengar gelar Pahlawan nasional kepada Soeharto, saya menolak keras gelar itu diberikan kepadanya," ujar  Sumarsih saat di Kantor Kontras, Jalan Kramat II No. 7, Kwitang Senen, Jakarta Pusat, Selasa 24 Mei 2016.

Sumarsih mempertanyakan atas dasar apa pemberian gelar pahlawan nasional untuk Soeharto. Dia meminta kroni-kroni Soeharto memberikan contoh jasa-jasa Soeharto yang bisa membuat negara memberikan gelar pahlawan.

"Namun nyata sampai saat ini keadilan atas kasus penembakan pun hingga sekarang belum terungkap siapa penembak anak saya," kata Sumarsih dengan mata berkaca-kaca.

Tuntutan reformasi cabut dwifungsi ABRI (TNI) yang juga didengungkan putranya kenapa hingga saat ini belum terealisasi sampai sekarang. Sumarsih mengecam tindakan Soeharto yang menyalahgunakan tentara sebagai alat pembunuh bagi siapa saja yang berseberangan dengannya, termasuk anaknya.

"Jika gelar itu diberikan sama saja indonesia melestarikan imunitas dan melegalkan korupsi di negeri ini. Kalau pun Presiden Joko Widodo setuju gelar Soeharto sebagai pahlawan sama aja nawacita jadi duka cita rakyat indonesia," ucap dia.

 

Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) menolak rencana pemberian gelar pahlawan pada Soeharto. Setumpuk kejahatan Soeharto yang sampai kini masih belum terselesaikan jadi alasan mereka.

Bahkan dalam kampanye di media sosialnya, KontraS mengatakan dengan gamblang perlawanan mereka pada Soeharto yang dianggap sebagai dalang utama kejahatan HAM.

"Mengapa KontraS huruf S-nya besar? Karena kami Kontra Soeharto, karena rezim kekuasaan yang dibangun Soeharto selama 32 tahun sebabkan banyak pelanggaran HAM dan kejahatan kemanusiaan.

"#MasihIngat #SoehartoBukanPahlawan," tulis Kampanye di akun media sosial KontraS.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya