Mengenal Fosil Duonychus, Nenek Moyang Kukang

Keunikan ini menjadikan mereka sebagai contoh nyata evolusi yang kompleks dan penuh kejutan dalam sejarah kehidupan purba

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 10 Apr 2025, 05:00 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2025, 05:00 WIB
Kukang
Dokter hewan dan mahasiswa mengobati primata Kukang (Nycticebus) yang cedera pada bagian mata di sebuah fakultas hewan di Banda Aceh, Kamis (9/1/2020). Dua ekor kukang yang diobati itu diserahkan warga Kab. Aceh Besar dan Aceh Tengah dalam kondisi terluka pada mata dan kaki. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Therizinosaur merupakan salah satu kelompok dinosaurus paling aneh yang pernah ditemukan. Meski secara garis keturunan berasal dari dinosaurus theropoda, kelompok pemakan daging seperti Tyrannosaurus rex, therizinosaur justru berevolusi menjadi pemakan tumbuhan.

Keunikan ini menjadikan mereka sebagai contoh nyata evolusi yang kompleks dan penuh kejutan dalam sejarah kehidupan purba. Tubuh mereka diselimuti bulu halus seperti burung, memiliki kepala kecil dengan gigi berbentuk pasak yang tidak cocok untuk mengoyak daging, perut besar seperti tong fermentasi, serta tangan panjang dengan cakar besar dan melengkung yang sangat mencolok.

Struktur ini menunjukkan adaptasi khusus terhadap gaya hidup herbivora. Kini, ilmuwan menemukan spesies baru therizinosaur yang lebih unik, yakni hanya memiliki dua jari di setiap tangan, berbeda dengan kerabatnya yang rata-rata memiliki tiga.

Melansir laman IFL Science pada Rabu (09/04/2025), penemuan ini berasal dari lapisan batuan di Gurun Gobi, Mongolia, yang berusia lebih dari 90 juta tahun. Fosil tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah iScience, hasil kolaborasi tim paleontolog dari Akademi Ilmu Pengetahuan Mongolia dan mitra internasional.

Meski fosil pertama kali ditemukan pada 2012, pemahaman penuh bahwa ini adalah spesies baru baru tercapai beberapa tahun kemudian setelah analisis menyeluruh terhadap struktur tulang. Dinosaurus baru ini dinamai Duonychus tsogtbaatari.

Nama genus Duonychus berasal dari bahasa Yunani “duo” yang berarti dua, dan “onychos” yang berarti cakar, mencerminkan karakteristik uniknya. Sementara nama spesiesnya diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada paleontolog Mongolia, Khishigjav Tsogtbaatar, yang berjasa besar dalam penggalian dan penelitian fosil di kawasan tersebut.

Menariknya dari penemuan ini adalah keberadaan lapisan keratin yang masih menempel pada cakar fosil. Hal ini sangat jarang ditemukan dan memberikan petunjuk penting tentang bentuk asli cakarnya yang lebih panjang, lebih tajam, dan lebih melengkung dari tulang dasarnya.

Keratin sendiri adalah protein keras yang juga ditemukan dalam kuku manusia dan bulu burung. Para peneliti memperkirakan Duonychus menggunakan cakarnya untuk mencengkeram cabang dan dedaunan, seperti kukang modern.

Kemungkinan besar, ia mengulurkan tangannya untuk menarik tanaman ke arah mulutnya. Struktur pergelangan tangan yang lentur serta ketidakmampuan untuk menarik cakarnya ke dalam menguatkan dugaan ini.

Dengan tubuh besar dan perut membulat yang disokong oleh panggul lebar dan tulang rusuk membesar, dinosaurus ini tampaknya mengandalkan sistem pencernaan fermentatif seperti hewan herbivora modern. Menariknya, sebelum ini semua therizinosaur diketahui memiliki tiga jari di setiap tangan.

Penemuan Duonychus membuktikan bahwa bahkan dalam satu kelompok, variasi morfologi seperti jumlah jari bisa terjadi. Hal ini bukan hal asing dalam dunia dinosaurus.

Beberapa theropoda lain juga mengalami pengurangan jari, seperti Tyrannosaurus rex dengan dua jari besar, atau Limusaurus yang awalnya memiliki empat jari, tapi dua di antaranya menyusut dan tidak digunakan. Fenomena ini menunjukkan bahwa pengurangan jumlah jari kemungkinan besar merupakan adaptasi terhadap fungsi tertentu, seperti untuk mencakar, menggenggam, atau pertahanan diri.

Sebagai perbandingan, Alvarezsaurus hanya memiliki satu cakar besar yang diduga digunakan untuk mengais tanah atau membuka sarang serangga seperti rayap. Selain sebagai alat bantu makan, cakar Duonychus yang panjang dan melengkung ini juga kemungkinan berfungsi dalam pertarungan antar sesama spesies, misalnya untuk mempertahankan wilayah atau menarik perhatian pasangan.

Cakar besar seperti itu bisa mencengkeram kuat atau bahkan melukai lawan. Hal ini menambah daftar panjang keunikan therizinosaur sebagai dinosaurus herbivora yang berevolusi dari nenek moyang predator ganas.

(Tifani)

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya