VIDEO: Peternak Protes Kebijakan Pemerintah Impor Daging Sapi

Peternak menilai yang harusnya dilakukan pemerintah adalah solusi jangka panjang dengan pengadaan sapi bakalan dengan harga murah.

oleh Liputan6 diperbarui 03 Jun 2016, 03:43 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2016, 03:43 WIB
VIDEO: Kebijakan Pemerintah Impor Daging Sapi Dikecam Peternak
Peternak menilai, yang harusnya dilakukan pemerintah adalah solusi jangka panjang dengan pengadaan sapi bakalan dengan harga murah.

Liputan6.com, Ciamis - Keputusan pemerintah mengimpor daging sapi untuk menurunkan harga agar mencapai Rp 80 ribu/kg dikecam para peternak sapi potong. Peternak menilai pemerintah tak memikirkan dampaknya bagi peternak sapi.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Kamis (2/6/2016), pemerintah 31 Mei lalu memutuskan akan mengimpor paling tidak 27.400 ton daging sapi untuk mewujudkan perintah Presiden Jokowi. Saat ini, harga daging sapi di pasar berkisar 95 hingga 120 ribu/kg. 

Keputusan impor tersebut disikapi keras oleh peternak sapi di Desa Segoroyoso, Pleret, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jika harga daging sapi 80 ribu/kg, asumsi harga sapi hidup harusnya berada di kisaran Rp 33 hingga 35 ribu/kg. Ironisnya, saat ini harga sapi hidup mencapai Rp 43 hingga 45 ribu/kg.

Itu berarti setiap 100 kg, peternak mengalami kerugian Rp 1 juta. Rata-rata sapi siap potong berbobot 400 hingga 500 kg. Terbayang, peternak akan rugi Rp 4juta hingga Rp 5 juta setiap ekor.

Peternak menilai yang harusnya dilakukan pemerintah adalah solusi jangka panjang dengan pengadaan sapi bakalan dengan harga murah. Bukan sekadar impor daging.

Pihak Dinas Peternakan Kabupaten Ciamis menyatakan, tingginya harga dan kurangnya pasok sapi bakalan disebabkan pemotongan sapi betina produktif.

Melihat permasalahan ini, butuh penyelesaian komprehensif dari pemerintah, agar kebijakan pengadaan daging sapi, di satu sisi menguntungkan konsumen. Namun di sisi lain juga tidak mematikan peternak sapi yang bisa berimbas pada ketergantungan impor di masa depan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya