Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis penyakit dalam di RS EMC Tangerang, Robby Pratomo Putra, menyebut bahwa hipertensi bisa berujung pada gagal ginjal kronis.
“Penyakit hipertensi dan gagal ginjal saling berkaitan karena keduanya sama-sama memperburuk kondisi satu sama lain. Hipertensi bisa menyebabkan gagal ginjal dan gagal ginjal bisa memperparah hipertensi yang pasien derita,” jelas Robby di laman EMC, dikutip Sabtu (12/4/2025).
Baca Juga
Robby pun menjelaskan keterkaitan antara hipertensi dan gagal ginjal pada tubuh manusia sebagai berikut:
Advertisement
Kerusakan Pembuluh Darah Ginjal
Tekanan darah tinggi secara terus-menerus bisa merusak arteri dalam ginjal, yang mengakibatkan penyempitan dan berangsur-angsur rusak.
Akibatnya, aliran darah ke ginjal berkurang yang kemudian berdampak pada turunnya fungsi ginjal. Kerusakan awal ginjal ditandai dengan adanya protein di urine.
Penumpukan Kotoran di Ginjal
Turunnya fungsi ginjal membuatnya tidak bisa melakukan filterisasi dengan baik. Akibatnya, cairan kotor dan natrium tidak bisa dibuang dengan baik. Hal ini akan berdampak buruk kepada ginjal dan penyakit hipertensi.
Risiko Gagal Ginjal Stadium Akhir
Jika hipertensi tidak diatasi dengan baik, ginjal bisa kehilangan hampir semua kemampuannya untuk berfungsi. Pasien akan membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal agar bisa bertahan hidup.
Cegah Hipertensi dan Gagal Ginjal
Menerapkan pola hidup sehat merupakan salah satu cara menjaga tekanan darah dan kesehatan ginjal.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar terhindar dari hipertensi dan masalah ginjal, sebagai berikut:
- Kontrol tekanan darah, bagi pengidap masalah ginjal umumnya harus berada di bawah 130/80 mmHg.
- Kelola stres dan berat badan.
- Konsumsi makanan bergizi dan kurangi makanan tinggi natrium serta lemak jenuh.
- Disiplin berolahraga setidaknya 30 menit sehari.
- Kurangi konsumsi rokok dan minuman beralkohol.
- Jika mengidap diabetes, kelola kondisi agar tidak memperparah kondisi ginjal.
- Meminum obat hipertensi dengan anjuran dokter.
- Rutin cek fungsi ginjal.
“Tekanan darah dapat terlalu tinggi maupun terlalu rendah, keduanya sama-sama kondisi yang buruk untuk tubuh Anda. Maka, penting untuk menerapkan gaya hidup sehat agar kesehatan fisik Anda tetap terjaga dengan baik,” saran Robby.
Advertisement
Mengenal Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah berada lebih tinggi di atas batas normal secara terus-menerus. Tekanan darah yang normal berada di angka 120/80 mmHg.
Hipertensi sering disebut sebagai silent killer atau pembunuh dalam senyap, karena tidak menimbulkan gejala yang spesifik pada pengidapnya. Namun, berpotensi menyebabkan penyakit serius seperti stroke, serangan jantung, dan gagal ginjal.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang mengidap hipertensi, baik karena riwayat genetik atau pola hidup tidak sehat. Penyebab hipertensi dikategorikan sebagai berikut:
Hipertensi Primer
Tekanan darah pada kondisi ini biasanya berkembang perlahan-lahan dan akan semakin parah jika tidak ditangani dengan baik. Belum diketahui pasti apa yang faktor penyebab kondisi ini.
Hipertensi Sekunder
Kondisi ini disebabkan oleh penyakit lain. Bedanya dengan kondisi primer, hipertensi sekunder juga bisa menyerang anak-anak.
Kondisi yang dapat mengakibatkan hipertensi sekunder adalah sleep apnea, sakit ginjal, hipertiroidisme, kelainan pembuluh darah, penyalahgunaan NAPZA, konsumsi obat tertentu, dan ketergantungan alkohol.
Emosi juga dapat menyebabkan hipertensi. Kondisi ini diakibatkan perasaan takut berlebihan saat bertemu dokter. Kondisi ini disebut white coat hypertension.
Apa Gejala dan Faktor Risiko Hipertensi?
Berikut ini adalah beberapa gejala yang umumnya muncul pada pengidap hipertensi:
- Kencing berdarah;
- Pusing;
- Sulit melihat;
- Nyeri dada;
- Sulit untuk bernapas;
- Perasaan ingin muntah;
- Mimisan;
- Kuping berdenging.
Advertisement
Faktor Risiko Hipertensi
Sementara, faktor risiko yang menyebabkan seseorang mudah mengidap hipertensi adalah:
- Berusia di atas 65 tahun;
- Konsumsi garam berlebih;
- Obesitas;
- Riwayat keluarga;
- Jarang memakan buah dan sayuran;
- Tidak rutin berolahraga;
- Konsumsi kafein berlebihan;
- Kebiasaan merokok dan minum alkohol berlebihan;
- Stres berlebihan yang dapat memicu naiknya tekanan darah secara sementara;
- Mengidap penyakit kronis seperti diabetes, sleep apnea, dan penyakit ginjal.
“Jangan lupa cek kesehatan Anda secara rutin ke dokter agar Anda bisa mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat terhadap kondisi Anda,” pungkas Robby.
