Ini Alasan Pemerintah Turunkan Target Inflasi

Menkeu Bambang Brodjonegoro menegaskan kalau inflasi rendah bukan karena daya beli masyarakat yang menurun.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 02 Jun 2016, 18:30 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2016, 18:30 WIB
20160105-Ilustrasi-Inflasi-iStock
Ilustrasi Inflasi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengusulkan inflasi sebesar 4 persen dalam asumsi makro Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2016. Angka tersebut turun dari APBN 2016 sebesar 4,7 persen.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, kendati rendah hal tersebut bukan disebabkan oleh daya beli yang menurun. "Tidak. karena kita lebih bagus," kata dia di Gedung DPR, Kamis (2/6/2016).

Dia mengatakan, indikator pelemahan daya beli masyarakat ketika inflasi inti menurun. Dia mengatakan, inflasi inti hingga saat ini masih terjaga.

"‎Karena begini, yang menyebabkan perubahan inflasi itu bukan inflasi inti. Kalau inflasi Inti yang melemah itulah tanda penurunan daya beli masyarakat," kata dia.

Lebih lanjut, dia mengatakan saat ini inflasi banyak dipengaruhi oleh inflasi non inti terutama dari gejolak harga pangan. Jadi, kendati inflasi lebih rendah itu bukan indikator daya beli masyarakat menurun.

"Kalau yang membuat inflasi turun itu food volatility. Berarti kalau kita bisa menangani inflasi dan itu kejadian di Indonesia, jadi dulu di Indonesia itu inflasi administered price setelah itu hilang maka penggantinya adalah food volatility," ujar dia.

Dalam asumsi makro yang diusulkan pemerintah juga memuat, pertumbuhan ekonomi 5,3 persen atau tak berubah dari APBN 2016. Kemudian tingkat bunga SBN 3 bulan 5,5 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar 13.500, harga minyak mentah Indonesia US$ 35 per barel. Pemerintah juga mengusulkan lifting minyak 810 ribu barel per hari dan lifting gas 1.115 ribu barel setara minyak per hari. (Amd/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya