JK: Kita Terlalu Toleran Negosiasi dengan Perompak

JK menilai teknik yang selama ini digunakan malah membuat para pembajak semakin menjadi.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 12 Jul 2016, 13:27 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2016, 13:27 WIB
20150625-Wapres JK
Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Liputan6.com, Jakarta - Warga negara Indonesia (WNI) kembali menjadi sasaran sandera kelompok Abu Sayyaf. Setelah 7 WNI diculik di perairan Filipina, kini 3 WNI diculik di kawasan Sabah, Malaysia.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai ada beberapa faktor yang menyebabkan penyanderaan semacam ini terus berulang. Salah satunya, pemerintah dan pengusaha terlalu permisif dalam proses negosiasi.

"Saya kira juga semua yang dibicarakan memang selama ini kita, arti kata pengusaha dan tentu juga bagian dari pemerintah, terlalu toleran atau permisif demi mendahulukan keselamatan manusia. Sehingga kita bernegosiasi dengan sering," kata JK di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (12/7/2016).

Dia menilai, teknik yang selama ini digunakan membuat para pembajak malah semakin menjadi. Mereka terus mencari WNI untuk dijadikan sandera.

"Itu ternyata sama dengan teori pembajakan yang lain, kalau ditoleransi pembajakan itu akan menimbulkan pembajakan berikutnya. Tapi apa pun setiap tindakan itu punya risiko," lanjut JK.

JK mengatakan, segala risiko memang harus dihadapi pemerintah dalam proses pembebasan ini. Risiko bisa kembali dibajak atau kehilangan nyawa.

"Kalau bernegosiasi seperti apa yang dilakukan, risikonya berulang. Kalau sama sekali tidak ada negosiasi, risikonya jiwa. Nah sekarang pilihannya apa. Jadi masyarakat harus tahu ini, tidak ada tanpa risiko. Tidak ada tanpa risiko," JK menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya