Liputan6.com, Jakarta - Klinik Pratama Adipraja Medika Lestari yang berada di Jalan Kemanggisan Pulo II, Palmerah, Jakarta Barat dijaga puluhan polisi. Sebab, puluhan orangtua yang anaknya pernah berobat di klinik itu khawatir menjadi korban vaksin palsu mendatangi tempat itu.
Warga yang datang diharuskan mengisi daftar hadir dan membawa kartu berobat. Petugas klinik kemudian menyeleksi siapa yang boleh ikut mendengarkan penjelasan dari dokter Ade Ramayadi dan pihak klinik soal vaksin palsu karena ruangan yang sempit di lantai 2 klinik itu.
"Cuma boleh satu orang, saya jaga anak aja di bawah," ujar Nahrawi (46) seorang pasien yang anaknya sudah dua kali divaksin di klinik itu, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (20/7/2016).
Sementara warga lainnya kesal karena dilarang mengikuti pertemuan.
Baca Juga
"Jangan bilang nggak bisa aja. Anak saya dua-duanya lahir di sini," ujar Tripudi (33) warga Kemanggisan yang kesal karena petugas menghalang-halangi dia dan istrinya untuk ikut mendengar penjelasan mengenai kasus vaksin palsu.
Tri sempat adu mulut dengan dua petugas, saat petugas menyatakan mereka tak punya data vaksin anaknya yang lahir pada 2012 lalu.
"Gimana nggak ada data. Anak saya lahir dan divaksin di sini," teriak Tri yang langsung dibujuk polisi dan petugas Satpol PP untuk menjauh dari meja pendaftaran pasien terdampak vaksin palsu.
Advertisement
Beber Data
Sementara, Kapolsek Palmerah Kompol Haruman BN mengimbau warga Palmerah bersabar dalam penanganan kasus vaksin palsu.
"Kepada para warga kita minta sabar ya. Bukti-bukti pembelian vaksin palsu di klinik tersebut sudah diberikan ke Bareskrim. Kita juga minta para pasien untuk menunggu prosedur dari klinik mengenai klarifikasi masalah tersebut," kata Haruman.
Haruman menambahkan, pihak klinik sudah menyerahkan penyelidikan ke polisi. Mereka juga sudah membeberkan data dari mana mereka mendapatkan vaksin yang diduga palsu tersebut.
"Tapi kan pihak klinik mengakui jumlah vaksin terbanyak yang digunakan diambil dari Puskesmas Palmerah, dia cuma membeli dua vaksin palsu dari seorang distributor dan korbannya anak kembar yang ketika itu membeli vaksin palsu tersebut," ujar Haruman.