Shamsi Ali: Indonesia Tak Populer sebagai Negara Muslim Terbesar

Ketidakpopuleran Indonesia sebagai negara muslim terbesar karena tidak masifnya konflik atas nama agama seperti di Timur Tengah.

oleh Oscar Ferri diperbarui 22 Agu 2016, 05:53 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2016, 05:53 WIB
Supermentor 14 Edisi HUT Kemerdekaan RI
Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kamuning Agus Yudhoyono, Founder FPCI Dino Patti Djalal, Walikota Bandung Ridwan Kamil dan Imam Islamic Center of New York Shamsi Ali berpose di Supermentor-14 di Jakarta (21/8). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Imam Islamic Center di New York, Shamsi Ali mengatakan Indonesia sebagai negara muslim terbesar tak populer di telinga masyarakat negara lain. Terutama di negara adidaya Amerika Serikat. Orang-orang asing lebih tahu nama Bali ketimbang Indonesia.

"Indonesia tidak populer. Tapi ketika saya bilang tahu Bali, mereka bilang, yes I know Bali," ujar Shamsi Ali dalam acara Supermentor 14‎ 'Abad 21 Sebagai Zaman Kecermelangan Indonesia'‎ di Djakarta Theater, Jakarta, Minggu (21/8/2016).

Pada masa awal tinggal di AS, teman‎-temannya menyangka dia berasal dari negara di Timur Tengah, salah satu kawasan di dunia dengan intensitas konflik terbesar dan terparah saat ini. Padahal ia sudah memberitahu kalau dirinya berasal dari negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Saat diberi tahu soal petunjuk 'negara muslim terbesar'‎ pun rekan-rekannya tetap mengira Ali berasal dari Filipina, negara tetangga Indonesia di ASEAN yang juga menjadikan agama sebagai latar belakang konflik dan kekerasan.

Dia berpikir, dengan pandangan teman-temannya tentang 'negara muslim', Islam seolah-olah benar-benar menjadi identik dengan konflik dan sumber kekerasan.‎ Seperti yang kerap terjadi di negara-negara Timur Tengah.

"Seolah di mana ada konflik, di situ ada Islam. Sementara di mana ada Islam, tunggulah konflik terjadi," ujar Shamsi Ali.

Menurut dia, ketidakpopuleran Indonesia sebagai negara muslim terbesar karena tidak masifnya konflik dan kekerasan atas nama agama seperti di Timur Tengah. Yakni perkembangan Islam di Indonesia sejalan dengan upaya bangsa Indonesia memodernisasi negaranya.

Peristiwa konflik atas nama agama seperti di Poso dan daerah lain merupakan kasus yang terlokalisir. Kasus-kasus konflik itu tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai negara yang identik dengan kekerasan atas nama agama.

Namun demikian, lanjut dia, di satu sisi Indonesia rupanya masih dikagumi banyak kalangan. Contohnya, kekaguman mantan Presiden AS Bill Clinton terhadap Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, tapi masih bisa berjalan seiring dengan agama-agama lain serta budaya dan etnis yang beragam dalam masyarakatnya.

Hal itu, kata dia, tak lepas dari Undang-Undang Dasar 1945 yang sudah secara tegas menyatakan kebebasan beragama di Indonesia. Itu yang membedakan Indonesia dengan negara-negara lain, terutama negara dengan mayoritas warganya beragama Islam.

"Dan perkembangan Islam di negara kita yang sejalan dengan upaya modernitas ini dikagumi banyak bangsa," ujar Shamsi Ali.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya