Liputan6.com, Jayapura - Jarak 300 meter harus Yordan Enok tempuh untuk mendapatkan sebaris sinyal di layar telepon. Itu pun belum termasuk tenaga yang dikeluarkan untuk menaiki gunung tersebut.
Namun, tetap saja dia tidak mendapatkan sambungan internet. Hanya sambungan telepon dan pesan singkat yang diperolehnya.
"Iya. Kalau tidak, tidak bisa telepon. Harus cari di gunung. Tidak ada internet," ujar Yordan, warga Kampung Sosiri, Sentani Barat, Distrik Waibu, Jayapura, Papua, di sela Festival Destika di Danau Sentani, Jayapura, Papua, Rabu (28/9/2016).
Advertisement
Perjuangannya tak sampai di situ saja. Dia harus menempuh jarak sekitar 15 km untuk membeli pulsa. Dia mengaku biasa membeli pulsa Rp 20 ribu.
"Pulsa kita pe beli Rp 24 ribu. Satu hari habis. Besok beli lagi ke kota (Sentani)," Yordan menjelaskan.
Sementara untuk ke kota, dia harus mengeluarkan bensin ketika memakai sepeda motor atau mobil. Jika naik angkutan umum yang disebutnya 'taksi', dia harus mengeluarkan uang Rp 10 ribu sekali jalan.
Begitu juga dengan Gidion Entong, tetangga Yordan. Oleh karena itu, dalam pagelaran Festival Destika, dia berharap pemerintah bisa membantu memajukan informasi dan teknologi di desanya. Termasuk soal koneksi internet.
Saat ini, kata dia, baru ada satu provider yang bisa diakses. Itu pun, tower-nya masih proses pembangunan.
"Ya daripada anak-anak ikut pelatihan di kota, lebih baik di kampung toh," ujar Gidion.
Festival tahunan Desa Teknologi Informasi dan Komunikasi (Destika) kembali digelar untuk keempat kalinya. Sebanyak 1.000 perwakilan kampung dan penggiat teknologi dari 9 provinsi akan berkumpul di Desa Sai Besar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura.
Festival Destika merupakan festival tahunan untuk memberdayakan komunitas desa agar mereka lebih partisipatif dan produktif melalui pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Festival Destika merupakan salah satu perwujudan Nawa Cita butir ketiga, "Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan."