BNPT Kunjungi Keluarga Korban Terorisme di Samarinda

Intan Olivia (3) adalah satu dari empat bocah yang menjadi korban teror pada 13 November 2016 di Samarinda.

oleh Liputan6 diperbarui 18 Nov 2016, 22:37 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2016, 22:37 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Pejabat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengunjungi seluruh keluarga korban teror di Samarinda, Kalimantan Timur. Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir dan Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamidin juga melihat Gereja Oikumene, tempat terjadinya teror bom molotov beberapa hari lalu.

"Keluarga besar BNPT sangat bersimpati atas kejadian ini dan berharap agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi," kata Abdul Rahman ketika berada di rumah keluarga Intan Olivia Banjarnahor di Jalan Jati III, Samarinda Sebrang, seperti dilansir Antara, Jumat (18/11/2016).

Intan Olivia (3) adalah satu dari empat bocah yang menjadi korban teror pada 13 November 2016 di Samarinda. Intan yang sempat dirawat di rumah sakit akhirnya meninggal dunia.

Abdul Rahman juga memberikan santunan kepada orangtua Intan, Anggiat Banjarnahor (33) dan Diana Susanti boru Sinaga (32), yang pada kesempatan itu didampingi keluarga besarnya.

"Jangan dilihat nilainya. Semoga santunan ini bisa bermanfaat bagi keluarga," ujar Abdul Rahman tanpa menyebutkan jumlah sumbangan yang diberikan.

Terkait anak-anak lain yang juga menjadi korban dan mengalami cedera, dia mengatakan mereka harus mendapatkan penanganan psikologis karena bagaimanapun peristiwa tersebut memiliki dampak negatif terhadap kehidupan mereka.

Dia menambahkan, sebagai instansi pemerintah yang bertugas menanggulangi terorisme, BNPT terus berusaha mencegah terjadinya teror. Namun, teroris terus bergerilya dan nekat melakukan tindakan radikal termasuk terhadap anak-anak yang tak berdosa.

Orangtua Intan Olivia, Anggiat Banjarnahor, menyampaikan kejadian itu menyisakan rasa sakit yang dalam di jiwa keluarganya, sehingga dia belum bisa menerima.

"Namun, apa boleh buat takdir Tuhan menyatakan demikian sehingga dia harus pergi dari kami walaupun kami sangat mencintainya. Intan sudah berumur dua tahun lebih dan sedang lucu-lucunya, karena itulah kami sangat terpukul," kata Anggiat.

Dia menyatakan kedatangan keluarga besar BNPT sungguh sangat berarti dan menghibur perasaannya dan keluarga.

"Karena itu kami menyampaikan penghargaan yang setinggi tingginya dan berharap agar kejadian yang menimpa Intan sudah yang terakhir di Indonesia," ujar Anggiat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya