Liputan6.com, Band Polri menegaskan, teroris yang ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror merupakan jaringan Bahrun Naim alias Abu Rayan. Bahrun Naim sendiri masih berada di Suriah dan menjadi pengikut ISIS.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, Bahrun Naim tengah menciptakan sel-sel dan jaringan kecil walau masih berada di Suriah. Sel-sel ini dipimpin oleh Nur Solihin yang telah ditangkap Sabtu 10 Desember 2016 di Bintara Jaya, Bekasi, Jawa Barat.
"Mereka sudah membentuk enam orang, dan kemudian sudah menyiapkan bom, yang biayanya berasal dari Bahrun Naim," Tito menjelaskan usai menghadiri Aksi Bela Islam III di Lapangan Gasibu, Jawa Barat, Kota Bandung, Senin (12/12/2016).
Advertisement
Menurut dia, untuk melancarkan aksi terorismenya, Bahrun Naim mengirimkan biaya kepada jaringan di Indonesia melalui bank.
Termasuk untuk melakukan teror di Istana Negara yang direncanakan jaringan teroris di Bekasi, Jawa Barat. Bahkan, 'pengantin‎' pun telah disiapkan oleh jaringan tersebut.
"Pengantinnya pun istri kedua Solihin. Di mana target peledakkan di Indonesia yaitu di antaranya pos penjagaan yang ada di Istana dan beberapa tempat lain. Tapi akhirnya yang di survei, yang mereka rencanakan adalah pos penjagaan saat pergantian jaga," jelas dia.
Tito mengaku bersyukur telah berhasil mengagalkan rencana teror jaringan tersebut. Dia pun berharap semua pihak baik Polri, TNI, Pemda, dan masyarakat bersama-sama untuk memberantas terorisme.
"Kita merasa bersyukur kepada yang Maha Kuasa karena kita dapat menggagalkan. Karena di negara lain terjadi di antaranya di Istanbul, Kairo. Tiga atau empat negara yang bom meledak, tapi di Indonesia Alhamdulilah tidak terjadi dan kita dapat mengamankan," kata Kapolri.