Liputan6.com, Jakarta Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, teroris yang berhasil diamankan di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu lalu, berencana meledakkan bom yang dikemas dalam panci presto, di pos penjagaan Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.
"Rencana serangan mereka sebetulnya memang adalah di pos penjagaan (Istana Kepresidenan) itu. Pada saat terjadi pergantian jaga itu kan biasanya menarik banyak massa. Alhamdulillah dapat kita gagalkan sehingga tentunya tidak ada korban dan lain-lainnya," kata Tito di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu 11 Desember 2016 malam.
Selain berhasil meringkus teroris yang disiapkan menjadi "pengantin" bom bunuh diri, dari pengungkapan kasus ini, Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri berhasil mengamankan total enam orang terduga teroris.
Advertisement
Menurut Tito, kelompok teroris ini merupakan sel kecil yang langsung berhubungan dan didanai oleh Bahrun Naim. Mereka belajar cara membuat bom berdaya ledak tinggi, termasuk bom pressurized cooker (panci nasi yang di-pressurized untuk bandeng presto) secara online.
"Bukan rice cooker biasa ini, karena dia kalau ditekan dan ditutup itu memiliki daya ledak, mampet nanti dan bisa meledak. Prinsipnya seperti granat," ujar Tito seperti dikutip dari setkab.go.id, Senin (12/12/2016).
Menurut Kapolri, dalang utama kelompok teroris ini dalah Bahrun Naim, yang sekarang berada di Raqqa, Suriah. Tito berjanji, Polri akan tetap melakukan langkah-langkah koordinasi dengan mitranya di luar negeri untuk memburu Bahrun Naim.
Lebih lanjut, Kapolri minta masyarakat tetap tenang bekerja dan beraktivitas seperti biasa. Polri, kata dia, akan terus bekerja keras, baik Densus 88 maupun jajaran Polri lainnya, bekerja sama dengan TNI, pemda, serta semua jaringan intelijen seperti BIN dan lain-lain, untuk mendeteksi semua potensi-potensi serangan.
"Mohon doa agar kita dapat melakukan langkah-langkah pencegahan. Kami semua akan berupaya sedapat mungkin untuk menjaga negeri, menjaga keamanan, melindungi, dan mengayomi (masyarakat)," ucap Tito.
Saat ditanya, Kapolri Tito mengemukakan, rencana peledakan bom di Istana itu sudah dimonitor kurang lebih selama dua minggu baik di Solo, Bekasi, maupun tempat lainnya.
"Begitu kemudian di kontrakan yang di Bintara, Bekasi, diyakini ada barang bukti maka digrebek dan ditangkap. Betul ada (barang bukti) dan dengan teknik-teknik tertentu maka mereka tidak bisa mengelak lagi," kata Tito.