Tak Pernah Bunuh Korban, Ini Modus Komplotan Perampok Pulomas

Argo melanjutkan, komplotan pembunuhan sadis Pulomas juga tidak pernah menghabisi nyawa korbannya.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 02 Jan 2017, 14:04 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2017, 14:04 WIB
20161228-Situasi Rumah Almarhum Dodi, Korban Pembunuhan Pulomas-Jakarta
Garis polisi di depan rumah mewah seorang arsitek bernama Dodi Triono di Jalan Pulomas Utara, Kayuputih, Jakarta Timur, Rabu (28/12). Rumah tersebut merupakan TKP pembunuhan sadis yang menewaskan enam orang penghuni rumah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Empat pelaku perampokan dan pembunuhan sadis Pulomas, tepatnya di rumah mewah milik Dodi Triono di Jalan Pulomas Utara, Nomor 7A, Jakarta Timur, merupakan residivis kasus yang sama. Bahkan dalam sepekan, Ramlan Butarbutar Cs telah beraksi di tiga lokasi. Terakhir di rumah Dodi Triono.

Dari data yang dimiliki polisi dan hasil interogasi, para perampok merupakan spesialis rumah mewah. Mereka hanya akan mengambil barang berharga yang ringan, seperti uang, telepon seluler, dan perhiasan.

"Jadi bukan spesialis (mengambil) mobil, motor maupun yang lain," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono di kantornya, Jakarta, Senin (2/1/2017).

Argo melanjutkan, komplotan tersebut juga tidak pernah menghabisi nyawa korbannya. Mereka hanya mengintimidasi dan menakut-nakuti korban. Bahkan Ramlan Cs tidak pernah merusak pintu rumah korbannya.

"Kelompok empat ini memang modus operandinya tidak pernah merusak pintu. Selama dia merampok ke mana-mana di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, dia tidak pernah merusak pintu," tutur dia.

Ramlan Cs mengincar rumah mewah yang pengamanannya minim. Seperti yang terjadi di Pulomas. Saat itu pelaku melihat pintu rumah Dodi tak terkunci setelah salah satu pegawainya keluar membawa kursi. Kesempatan itu pun langsung dimanfaatkan oleh Ramlan Cs ini.

"Modusnya seperti itu, hanya kalau pintu terbuka dia baru masuk. Kemudian dia pura-pura sudah pernah kenal. Dia sok akrab (dengan korban)," kata Argo.

Setelah berhasil masuk ke dalam rumah, baru pelaku memberikan sejumlah ancaman verbal. Pelaku mengintimidasi dan mengumpulkan korbannya ke dalam suatu ruangan. Selanjutnya, dengan leluasa pelaku dapat menggasak barang-barang berharga korban.

"Dia bentak atau dengan menodongkan senjata api atau senjata tajam. Mereka juga pasti mengikat (korban) entah itu pakai tali sepatu, rafia, atau lakban. Yang seterusnya pasti menempatkan korban di suatu ruangan kemudian dia melakukan aksi," beber dia.

Berdasarkan hasil interogasi, para pelaku mengaku memilih kamar mandi sebagai lokasi penyekapan karena dianggap paling dekat. Pelaku tidak pernah memikirkan akibat penyekapan yang mereka lakukan.

"Kebetulan ruangan yang terdekat adalah kamar mandi. Dan mereka tidak menyangka ada korban meninggal, karena selama mereka melakukan aksinya, malang melintang di perampokan dia belum pernah ada korban yang meninggal," ucap Argo.

4 Tersangka Diringkus

Sebelumnya, 11 orang disekap di dalam kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 meter tanpa ventilasi selama 17 jam di sebuah rumah mewah di Jalan Pulomas Utara, Nomor 7A, Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur. Enam orang tewas dan lima luka-luka dalam peristiwa yang baru diketahui pada Selasa, 27 Desember pagi itu.

Enam korban tewas pembunuhan sadis Pulomas adalah pemilik rumah Dodi Triono (59) serta dua putrinya, Diona Arika Andra Putri (16) dan Dianita Gemma Dzalfayla (9). Kemudian teman Gemma, Amel, serta dua sopir bernama Yanto dan Tasrok.

Sementara lima korban selamat pembunuhan sadis Pulomas, yakni anak korban bernama Zanette Kalila Azaria (13), serta empat asisten rumah tangga bernama Emi (41), Fitriani (23), Santi (22), dan Windy (23).

Dalam waktu singkat, polisi berhasil menangkap dua pelaku yakni Ramlan Butarbutar dan Erwin Situmorang di kawasan Bekasi, Jawa Barat pada Rabu 28 Desember 2016. Ramlan tewas dalam penangkapan itu, sementara Erwin mengalami luka tembak di kaki.

Malam harinya, satu pelaku lain, yakni Alfins Bernius, Sinaga diringkus di lokasi berbeda. Dalam kasus ini, Alfins berperan sebagai pengemudi.

Terakhir, Ridwan Sitorus alias Ius Pane alias Marihot Sitorus akhirnya dibekuk di Medan, Sumatera Utara, pada Minggu, 1 Januari 2017 kemarin. Orang kedua setelah Ramlan Butarbutar itu ditangkap setelah beberapa hari menjadi buronan polisi.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya