Casparina, Anak Papua yang Magang di Rusia dan Kerja di New Delhi

Casparina Theresia Renwarin, gadis kelahiran tanah Papua yang saat ini bekerja di perusahaan IT di New Delhi, India.

oleh Liputan6 diperbarui 18 Jan 2017, 09:02 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2017, 09:02 WIB
Casparina, Anak Papua yang Magang di Rusia dan Kerja di New Delhi
Casparina Theresia Renwarin, gadis kelahiran tanah Papua yang saat ini bekerja di perusahaan IT di New Delhi, India.

Liputan6.com, Jakarta Tidak banyak putra daerah yang ingin melihat dunia luar, tetapi tidak demikian dengan Casparina Theresia Renwarin, gadis kelahiran tanah Papua, Ririn nama sapaannya, di usia 17 tahun ketika lulus SMA YPPK Taruna Bakti, Jayapura tahun 2012 memutuskan terbang ke tanah Jawa untuk menimba ilmu di President University jurusan Banking and Finance.

Di kampus yang berada di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, tempat berlokasinya 1700 perusahaan multinasional dari 30 negara inilah, Ririn berkesempatan keliling ke luar negeri. Pada bulan Agustus 2013 Ririn mengikuti acara Campus Exchange ke Eropa selama 2 minggu. Di Eropa tepatnya di negeri Kincir Angin, yaitu Belanda, gadis 22 tahun ini memperdalam kemampuannya berbahasa Inggris, yang kemudian dilanjutkan visit ke Jerman dan Belgia.

Satu tahun kemudian dari Eropa Barat Ririn terbang ke Eropa Timur tepatnya di Rusia mengikuti Global Volunteer Programme di AIESEC, akronim Perancis, Association internationale des étudiants en sciences économique et commerciales, atau (International Associationof Students in Economic and Commercial Sciences) yaitu sebuah organisasi kepemudaaan yang ada di 126 negara yang fokus pada pengembangan kepemimpinan para pemuda, dan menjadi ambassador di luar negeri untuk menjalankan social project.

"Dari bulan Juli hingga September 2014 saya berada di kota Saint Petersburg untuk mengajar Bahasa Inggris dan Matematika kepada anak-anak dari usia 7 hingga 18 tahun," ungkap anak pertama dari 3 bersaudara ini.

Dari Eropa Timur, Ririn ganti menjelajah Asia Barat, yaitu di kota New Delhi pada bulan Maret 2015. Di negerinya Sahrul Khan ini, selama 6 bulan Ririn magang di perusahaan IT bernama Denave Pvt Ltd.

"India sebagai negara IT terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, sehingga saya ingin cari pengalaman di sini, karena rencananya ke depan ingin membuka bisnis semacam start-up company yang bergerak di e-commerce," ungkap Ririn.

Begitu diwisuda pada bulan Mei 2016, Ririn terbang ke Singapura untuk mengikuti kompetisi Business Idea se-Asia Tenggara, dan meraih juara pertama. Tidak lama berselang, Ririn kembali ke kota New Delhi untuk mengikuti training selama 1 tahun di perusahaan software perhotelan.

“Awal-awal di India, saya mengalami sedikit masalah dengan makanan dan budayanya, namun sekarang saya sudah mulai betah,” ujar Ririn yang malu-malu mengakui sedang dekat dengan seseorang di sana, yang membuatnya lebih betah.

Meski meninggalkan Indonesia sudah lebih dari 2 tahun, Ririn tidak pernah melupakan keluarganya. Untuk mengatasi rasa kangen tiap hari Ririn berkomunikasi melalu telepon.

“Sejak pertama meninggalkan tanah Papua dan kuliah di President University, komunikasi saya dengan keluarga sangat lancar. Saya tahu President University dari sepupu, yang mengatakan ada sekolah internasional. Dan saya sejak dulu ingin sekali berkomunikasi dengan orang luar negeri,” ujar Ririn yang berpesan kepada mahasiswa President University untuk aktif melihat dunia luar agar memiliki networking yang luas, sehingga nantinya akan mempermudah saat mengembangkan bisnis.

Ririn yang memiliki motto “Kerja keras akan selalu memberikan hasil yang memuaskan” masih ingin terus memperdalam ilmunya mengenai IT terutama yang mendukung bisnis e-commerce. Di India Ririn banyak kenal pakar IT melalui workshop-workshop.

"Pertumbuhan bisnis IT di India saya akui sudah luar biasa. Banyak aktivitas belanja sudah menggunakan online, sehingga lebih praktis dan efisien dimana dengan non-cash bisa mengurangi penggunaan kertas,” ujar putri seorang lawyer ini yang berencana akan mengambil S2 di Australia.

Meski masih muda dan berasal dari daerah Indonesia Timur yang dianggap tertinggal, tidak membuat Ririn minder, bahkan hal tersebut mendorong dirinya untuk lebih maju. Semoga akan lahir lagi Ririn-Ririn dari tanah Papua yang bisa membuat Indonesia bangga.

 

Powered By:

Jababeka

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya