Liputan6.com, Jakarta - Lembaga survei Indikator Politik Indonesia, merilis hasil penelitiannya yang dilakukan 2-8 Februari 2017, terkait dinamika elektoral jelang Pilkada DKI Jakarta.
Meski membahas pilkada, Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan survei kali ini juga memuat siapa kandidat calon presiden 2019.
Baca Juga
Menurut dia, nama Joko Widodo atau Jokowi masih berada di posisi puncak. Disusul Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Sedangkan ketiga, nama Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga menarik perhatian responden.
Advertisement
"Jokowi menduduki posisi puncak dengan 30,9 persen, kemudian Prabowo Subianto dengan 21,6 persen, dan SBY 2,8 persen," ucap Burhanuddin di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat 10 Februari 2017.
Selain tiga tokoh tersebut, yang menarik perhatian adalah muncul nama calon gubernur Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Anies Baswedan, dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Mereka berada masing-masing di posisi empat, lima, dan enam.
Sementara posisi ketujuh, muncul nama baru, yakni Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Kedelepan adalah Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, kesembilan ada nama Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan kesepuluh adalah mantan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie.
"Agus Yudhoyono meraih 2,4 persen, Anies 2,2 persen, Ahok 1,7 persen, Gatot Nurmantyo 1,5 persen. Menyusul Ridwan Kamil 0,9 persen, Jusuf Kalla 0,6 persen, Aburizal Bakrie 0,6 persen," kata Burhanuddin.
Sedangkan nama Sandiaga Uno ada di urutan sebelas dengan raihan 0,5 persen, disusul Mantan Menko Perekonomian era SBY Chairul Tanjung 0,4 persen.
Kemudian ada nama mantan Gubernur DKI Fauzi Bowo, Ketua Umum Perindo Hary Tanoesudibjo, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Pemimpin FPI Habib Rizieq, Petinggi PKS Hidayat Nur Wahid, Ketua Umum Idaman Rhoma Irama, Ketua Dewan Pembina Hanura Wiranto, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh, dan Gubernur Jabar Ahmad Hermawan, mendapatkan 0,3 persen.
"Sedangkan yang tidak tahu atau tidak jawab, maupun rahasia, sebesar 30,6 persen," kata Burhanuddin.
Survei kali ini, respondennya diambil dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) DKI, sehingga pihaknya menggunakan metodologi stratified systematic random sampling. Di mana, dari 1.000 responden, hanya 621 responden yang bisa diwawancara di 230 kelurahan dan 621 RT.