Liputan6.com, Jakarta Kunjungan Raja Salman ke Indonesia adalah kunjungan bersejarah, setelah 46 tahun yang lalu kunjungan pemerintah Arab Saudi, Raja Faisal. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki daya tarik dan daya pikat bagi Pemerintah Arab Saudi.
Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar, Indonesia adalah negara potensial. Bukan hanya dari perspektif budaya, tapi juga sosial, politik, ekonomi serta pertahanan dan keamanan.
"Menurut saya, posisi itulah yang seharusnya bisa kita manfaatkan demi kepentingan Indonesia dan percaturannya di tingkat global, khususnya dengan negara-negara besar dan maju, seperti Arab Saudi," kata Taufik Kurniawan dalam pernyataan persnya Rabu (1/3).
Advertisement
Menurut Pimpinan DPR Korekkut ini, kunjungan Raja Salman ini memang telah dipersiapkan sebelumnya. Awal tahun ini saja, Presiden serta DPR RI telah menerima kunjungan Ketua Majelis Syuro Arab Saudi, Ibrahim Al-Syeikh. DPR juga menerima Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osamah Mohammed Alshuibi.
Banyak hal yang dibicarakan dalam rangkaian tersebut, selain persiapan kunjungan Raja Salman. Selain itu ada beberapa hal penting yang menyangkut kepentingan kerja sama kedua belah pihak. Pertama perjanjian kerja sama investasi.
"Kita tahu, ini adalah kesempatan penting dalam perspektif ekonomi. Arab Saudi sudah mewacanakan kerja sama investasi tersebut sebelumnya dengan nilai kerja sama yang hampir mencapai 300 triliun. Kerja sama ini tentu sangat menguntungkan, karena potensi investasi di Indonesia begitu besar," ungkap Taufik dengan menambahkan, pada saat yang sama Presiden Joko Widodo memang sedang menggalakkan aspek tersebut demi menumbuhkan perekonomian dalam negeri.
Kedua lanjut dia, tentang kerja sama tenaga kerja. " Kita juga tahu, jutaan Tenaga Kerja Indonesia sedang mencari nafkah di Arab Saudi. Hal ini tentu menguntungkan kedua belah pihak. Meski demikian, berbagai persoalan yang menyangkut keberadaan TKI di Arab Saudi harus memperoleh perhatian, khususnya aspek keamanan, perlindungan dan kesejahteraan. Agar hubungan simbiosis ini bisa tetap menguntungkan Arab Saudi dan Indonesia," terangnya.
Sedangkan yang ketiga, sebagai negara Muslim terbesar, Indonesia juga merupakan penduduk dengan animo ibadah Haji yang cukup besar. Karena itu, kita meminta penambahan kuota yang selama ini telah ada. Apalagi setelah perluasan Masjid Haram di Makkah dan beberapa destinasi ibadah lainnya di wilayah tersebut.
Kuota haji yang sebelumnya mencapai 211.000 mulai tahun 2017. Pemerintah Arab Saudi menjanjikan kuota tambahan 10.000 menjadi 221.000, bahkan bisa lebih dari itu.
Yang keempat, lanjut Taufik, selain itu, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar sekaligus menganut prinsip-prinsip demokrasi, kunjungan ini dapat dimanfaatkan untuk membicarakan peran Indonesia dan Arab Saudi dalam meredakan ketegangan konflik di negara-negata Muslim. Selain itu memberi kontribusi bagi solusi terhadap ancaman terorisme. Khususnya dalam menekan paham-paham radikal yang berkembang di negara-negara Islam.
Untuk itu politisi PAN ini berharap, kunjungan Raja Salman ini bukan sekedar seremonial belaka. Apalagi sekedar menggelar karpet merah untuk penguasa Arab tersebut. Bangsa Indonesia menghormati kedatangan mereka dan mengapresiasi atas kunjungan mereka dengan jangka waktu yang cukup lama di Indonesia.
"Saya yakin, Indonesia akan memperoleh manfaat besar dari kunjungan ini. Hal ini tentu saja ditujukan untuk kepentingan rakyat kita, agar Indonesia secara umum semakin memiliki posisi yang positif di mata global," ungkap Taufik menambahkan.
(*)