Liputan6.com, Jakarta - Hiruk pikuk mewarnai proses Pilkada Serentak 2017, terutama di Jakarta hingga pertengahan Februari lalu. Namun, pesta demokrasi untuk memilih kepala daerah tersebut masih dianggap dalam batas kewajaran.
Dalam sudut pandang cendekiawan muslim Komaruddin Hidayat, masyarakat lebih dewasa dan tenang menghadapi situasi sosial politik terkait pilkada serentak. Ia pun mengapresiasi secara positif langkah pengamanan dari pihak kepolisian.
"Yang heboh itu kan para politisi. Politisi yang mempengaruhi masyarakat," ucap profesor yang pernah menjabat Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah selama dua periode itu saat berbincang dengan Liputan6.com di SCTV Tower, Senayan City, Jakarta Pusat, pekan terakhir Februari 2017.
Kendati demikian, pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah, 18 Oktober 1953, itu mengingatkan agar sejumlah pihak jangan lagi mengedepankan isu bernuansa SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).
Baca Juga
"Kalau SARA dikedepankan, itu enggak bagus, akan mencederai, merongrong kesatuan dan persatuan yang justru sedang kita perkuat," ujar penulis kolom di beberapa media massa tersebut.
Mantan Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Pusat itu pun memandang afiliasi agama di dalam masyarakat adalah hal yang wajar. "Tapi, jangan sampai merusak etika sosial dan tataran (tatanan) sosial."
Lebih jauh Komaruddin mengatakan, masyarakat banyak belajar dan melek terhadap situasi sosial politik saat proses pilkada serentak. "Yang heboh SARA kan di Jakarta saja," sebut dia.
Untuk merawat kebinekaan dan toleransi, Komaruddin menyarankan partai politik atau parpol memberikan pendidikan politik yang baik kepada pengikutnya. "Jangan mengeksploitasi dan mempermainkan emosi pendukungnya."
Lalu, apa saran Komaruddin terhadap pemerintah terkait isu intoleransi? Simak selengkapnya video wawancara khusus Liputan6.com dengan Komaruddin Hidayat berikut ini.
Advertisement