Jaya Suprana: Kebinekaan RI Lebih Dahsyat dari Pluralisme Amerika

Budayawan Jaya Suprana mengupas makna Imlek hingga toleransi di Indonesia.

oleh Anri Syaiful diperbarui 27 Jan 2017, 23:33 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2017, 23:33 WIB
Budayawan Jaya Suprana
Budayawan Jaya Suprana. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam dua dekade terakhir, nama Abdurrahman Wahid alias Gus Dur selalu dikaitkan dengan perayaan Imlek di Tanah Air. Bukan tanpa sebab memang. Berkat peran Presiden ke-4 RI tersebut, Tahun Baru China itu bisa dirayakan kembali di berbagai daerah di Indonesia.

Sebelumnya, rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967 melarang segala hal yang berbau Tionghoa, termasuk perayaan Imlek. Kendati demikian, setahun setelah Gus Dur yang tak lain cucu pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari itu menduduki kursi nomor satu di negeri ini pada 1999, inpres tersebut dicabut.

"Setiap mendengar kata Imlek, langsung saya teringat pada sahabat saya, maha guru bangsa saya, yaitu Gus Dur," ucap budayawan Jaya Suprana saat berbincang di Studio Liputan6.com, SCTV Tower, Jakarta Pusat, Selasa, 24 Januari 2017.

Tentu saja, imbuh pendiri Museum Rekor Indonesia (Muri), langkah menjunjung toleransi itu dilanjutkan oleh para presiden sesudahnya. Yakni, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo atau Jokowi.

Ketika ditanyakan mengenai isu adanya ancaman terhadap kebinekaan, prinsip toleransi dan keberagaman di Indonesia, Jaya Suprana yang bernama asli Phoa Kok Tjiang ini menjawab dengan lugas.

"Isu itu tidak selalu sama dengan kenyataan. Isu bisa dibuat, isu bisa direkayasa," kata pengusaha jamu terkenal pencetus "kelirumologi" tersebut.

"Dan saya berani membandingkan, Bhinneka Tunggal Ika (kebinekaan) di Indonesia ini menurut saya bahkan malah lebih dahsyat ketimbang Amerika Serikat yang selama ini kita anggap negara paling pluralis," ujar pria 68 tahun kelahiran Denpasar, Bali tersebut.

Ia pun menekankan semua anak bangsa di Indonesia, suku atau etnis apa pun, mempunyai peran dan bagian dari kebinekaan. Bahkan, bangsa Indonesia mempunyai kelebihan tersendiri, yakni mampu menyerap seluruh kebudayaan di dunia secara damai. "Tak ada kekerasan, semua penuh toleransi."

Lalu, apa pesan khusus Jaya Suprana untuk warga Tionghoa yang merayakan Imlek? Simak selengkapnya video wawancara khusus Liputan6.com dengan budayawan Jaya Suprana yang dipandu Afifah Khairunnisa berikut ini.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya