Liputan6.com, Jakarta - Kematian mahasiswi Esa Unggul Tri Ari Yani Puspo Arum di kamar kosnya Kebon Jeruk, Jakarta Barat, masih menyisakan misteri. Meski penyelidikan kasus ini sudah berjalan hampir tiga bulan, namun pembunuh mahasiswi ini belum juga terungkap.
Polisi belum memastikan apakah kematian Arum murni pembunuhan atau perampokan. Sebab, dari keterangan para saksi serta hasil oleh tempat perkara, barang-barang Arum berupa telepon seluler, dompet, dan laptop sudah tak ada di kamarnya.
"Kita masih menunggu hasil tes DNA," ujar Kepala Satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Barat Ajun Komisaris Besar Andi Adnan di Jakarta Barat, Selasa (21/3/2017).
Advertisement
Terakhir, polisi memang telah mencari jajak pembunuh Arum melalui tes DNA beberapa benda di sekitar kamar kos. Penyidik juga berkali-kali telah memeriksa sekitar 20 saksi, termasuk orangtua Arum. Namun, belum juga menemui titik terang.
Kasus dugaan pembunuhan ini menurut polisi hampir sama dengan kasus pembunuhan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Akseyna Ahad Dori alias Ace, yang ditemukan mengambang di Danau Kenanga, yang berada di Kampus Kuning itu.
Namun, setelah setahun kasus itu berjalan, Polda Metro Jaya kembali menyerahkan kasus itu ke Polres Metro Depok. "Ya begitu, kurang lebih ya sama," ujar Andi.
Kasus dugaan pembunuhan Arum mandeg di tahap penyelidikan, polisi tak punya alat bukti yang cukup. Hanya diketahui, Arum meninggal akibat dua luka benda tajam di lehernya.
"Hasil autopsi menyatakan dua luka di leher itu luka fatal dan penyebab kematian, lukanya memanjang," kata Kanit Reskrim Polsek Kebon Jeruk, yang kala itu dijabat AKP Andryanto S Randotama, menjelaskan hasil autopsi dari pihak rumah sakit.
Dikecohkan?
Polisi menduga tempat kejadian perkara (TKP) atau kamas kos Arum sengaja diacak-acak dan dirusak, untuk menghilangkan jejak pembunuhan Arum ini.
"Nah, ini kan masalahnya TKP-nya enggak 'perawan' lagi. Karena korban ditolong oleh pacar dan temannya. Memang itu hal yang manusiawi, tapi itu akhirnya yang menjadi kendala buat kami," kata Andi.
Menurut kepolisian kondisi TKP adalah penentu utama dalam proses pengungkapan sebuah peristiwa, terutama pembunuhan. Dari hasil penyelidikan, kondisi TKP juga dikaburkan oleh banyaknya orang yang menolong Arum.
"Kalau bahasa polisi, kasus ini udah enggan status quo (karena TKP rusak). Korban kan diangkat ke rumah sakit sama teman dan pacarnya, otomatis TKP-nya rusak kan? Kalau dalam penyelidikan seperti itu," kata Andi.
Andai saja TKP pembunuhan Arum masih steril, polisi lebih mudah mengungkap kasus dugaan pembunuhan ini. Apalagi ditunjang dengan saksi dan barang bukti.
"Pengungkapan kasus pembunuhan itu kan diungkap dari TKP, di sana (TKP) bisa ditemukan petunjuk, saksi-saksi, barang bukti. Bahkan, kalau rambut atau segala macamnya, nah itu kalau TKP-ya bersih, enggak ada yang masuk ke sana," kata Andi.
Kurang Alat Bukti
Tak hanya TKP yang rusak, polisi juga tak memiliki jejak apapun soal pembunuh Arum. Meski saat jenazah Arum dibawa ke rumah sakit, polisi mengerahkan K-9 atau anjing pelacak untuk mengendus jejak si pembunuh. Polisi juga sudah mencari CCTV di sekitar kos tersebut, namun tidak ada.
"Semua upaya sudah kita lakukan. Cuma enggak mungkin kami ekspose kan? Sudah kita lakukan hasil lab, saksi sudah dari dua puluh. Cuman kendalanya tak ada CCTV di TKP, tidak ada saksi yang melihat langsung dan TKP sudah rusak saat polisi sampai di sana," Andi menegaskan.
Meski tak kunjung menemukan titik terang, polisi tak patah arang. Polisi akan terus melanjutkan penyelidikan kasus dugaan pembunuhan Arum.
"Tapi kami optimis, masih lidik, mohon doanya," ujar Andi.
Tri Ari Yani Puspo Arum, mahasiswi Universitas Esa Unggul itu ditemukan meninggal di kamar kosnya, Jalan H Asmat, Perumahan Kebon Jeruk Baru, Jakarta Barat, pada 9 Januari 2017 sekitar pukul 07.00 WIB.
Saat ditemukan di kamar kosnya yang berukuran 4x3 meter, jenazah mahasiswi S1 Manajemen itu terdapat dua luka senjata tajam di lehernya. Beberapa barang berharga milik Arum seperti telepon selular, dompet, dan laptop sudah tidak ada di kamar kosnya.
Â