Liputan6.com, Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melaporkan daftar 91 merk kosmetik ilegal yang diamankan jelang Ramadhan 2025, yakni:
- 24K ESSENCE
- GECOMO
- O'MELIN
- ACNE FORTE
- GLOW EXPRES
- ORGANIC BEAUTY
- ADS
- HAPPY PLAYDATE
- PEINFEN
- AL NOBLE
- HCHANA
- PERFECTX
- ALNECE
- HEART'S LOVE
- QICIY
- BNC
- HENG FANG
- QINFEIYAN
- BOGOTA
- IBCCCNDC
- QIWEITANG
- BROSKY
- ICVC
- RBC
- CHAR ZIEG
- JAYSUING
- RCM
- CHARISMALUX
- KARSEELL
- RHEYNA SKIN
- CINDYNAL
- KATE TOKYO
- RIBESKIN
- COLOUR GEOMETRY
- LAMEILA
- RUIEOFIAN
- CWINTER
- LANQIN
- RYKAERGEL
- DAIXUERE
- LETSGLOW
- SADOER
- DEO EVERYDAY
- LIFTHENG
- SAKURA
- DEONATULLE
- LILY'CUTE
- SI'JIYUTA
- DESTINY POUR FEMME
- LOVES ME
- SP SPECIAL
- DEVNEN
- LULAA
- SUPER DR
- DICUMA
- MAGK
- SVMY
- DINDA SKIN CARE
- MAYCHEER
- TANAKO
- DIRHAM WARDI
- MEIDIAN
- TWG
- DOCTOR PERM
- MEILIME
- UMiSS
- DR BALLEN
- MESO GLOW
- VAEAINA
- DR DIAN
- MESOLOGICA MD
- VENALISA
- EDUTE ALICE
- MISSFNY
- VERFONS
- EELHOE
- MOKERU
- XUEROUYAR
- FATIMAH
- N+ HONEY NAIL
- YI RUOYI
- FDF
- NEUTRO SKIN
- ZNXIMER
- FNY
- NEW JOY
- ZOO SON
- FUYAN
- NLSM
- FW PAPAYA
- OILASH.
Nilai Kosmetik Ilegal yang Diamankan Capai Rp31 Miliar
Daftar kosmetik ilegal ini dijaring lewat intensifikasi pengawasan yang dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia pada 10 hingga 18 Februari 2025, dengan target pemberantasan kosmetik tanpa izin edar dan mengandung bahan berbahaya.
"BPOM menemukan pelanggaran dan dugaan kejahatan produksi dan distribusi kosmetik ilegal senilai lebih dari Rp31,7 miliar. Meningkat signifikan lebih dari 10 kali lipat dibandingkan pengawasan tahun 2024," kata Kepala BPOM, Taruna Ikrar, dalam konferensi pers di Kantor BPOM Jakarta, Jumat (21/2/2025).
Dari 709 sarana yang diperiksa, sebanyak 340 sarana (48 persen) tidak memenuhi ketentuan. Temuan ini melibatkan pabrik, importir, pemilik merek, distributor, klinik kecantikan, reseller, dan retail kosmetik yang terindikasi memperdagangkan atau memproduksi kosmetik ilegal.
Petugas BPOM menemukan 205.133 pieces kosmetik ilegal (4.334 item/varian) dari 91 merek yang beredar. Temuan ini terdiri dari:
- Sebanyak 79,9 persen kosmetik tanpa izin edar.
- Sebanyak 17,4 persen kosmetik mengandung bahan dilarang/berbahaya, termasuk skincare beretiket biru tidak sesuai ketentuan.
- Sebanyak 2,6 persen kosmetik kedaluwarsa.
- Sebanyak 0,1 persen merupakan kosmetik injeksi.
Advertisement
Mayoritas Temuan adalah Produk Viral di Medsos
Mayoritas produk ilegal tersebut merupakan kosmetik impor (60 persen) yang viral di media sosial (medsos). Produk kosmetik yang tidak sesuai ketentuan sangat berisiko membahayakan kesehatan.
“BPOM bukan saja menemukan kegiatan distribusi kosmetik tanpa izin edar, melainkan juga adanya dugaan tindak pidana berupa kegiatan produksi kosmetik mengandung bahan dilarang/berbahaya, termasuk pembuatan skincare beretiket biru secara massal.”
“Kami juga menemukan adanya pelanggaran yang berulang, yang menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan yang disengaja,” urai Taruna Ikrar.
Temuan Bahan Bahaya dalam Kosmetik Ilegal
Bahan dilarang yang ditambahkan pada kegiatan produksi kosmetik tersebut di antaranya:
- Hidrokuinon;
- asam retinoate;
- antibiotik; dan
- steroid.
Hidrokinon berpotensi mengakibatkan hiperpigmentasi, menimbulkan ochronosis, serta perubahan warna kornea dan kuku.
Asam retinoat dapat mengakibatkan kulit kering, rasa terbakar, dan perubahan bentuk atau fungsi pada organ janin (bersifat teratogenik).
Antibiotik berpotensi mengakibatkan hipopigmentasi, menimbulkan iritasi, menimbulkan bercak kemerahan padat kulit (eritema), dan risiko resistensi antibiotik.
Sedangkan, steroid dapat menyebabkan terjadinya biang keringat, atrofi kulit, perubahan karakteristik kelainan kulit, hipertrikosis, fotosensitif, perubahan pigmen kulit, dermatitis kontak, dan reaksi alergi.
Taruna Ikrar mengungkapkan, pelaku usaha yang memproduksi atau mengedarkan kosmetik yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, dan mutu dapat dikenakan sanksi administratif dan sanksi pidana.
Pelaku pelanggaran akan dikenakan ketentuan Pasal 435 jo. Pasal 138 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dengan ancaman pidana penjara paling lama 12 tahun atau denda paling banyak 5 miliar rupiah.
Advertisement
