Liputan6.com, Jakarta Dalam perjalanan hidup seorang muslim, memahami tanda Allah mengangkat derajat manusia menjadi hal yang sangat penting untuk diketahui. Setiap ujian dan cobaan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya seringkali merupakan bentuk kasih sayang-Nya dalam proses mengangkat derajat seseorang ke tingkat yang lebih tinggi. Melalui berbagai tanda Allah mengangkat derajat manusia ini, kita dapat lebih memahami bagaimana Allah SWT bekerja dalam kehidupan kita.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Sebagai seorang muslim, kita perlu menyadari bahwa tanda Allah mengangkat derajat manusia tidak selalu hadir dalam bentuk kesenangan atau kemudahan. Sebaliknya, seringkali Allah SWT memberikan ujian dan cobaan sebagai sarana untuk meningkatkan kedudukan seorang hamba di sisi-Nya. Hal ini telah dijelaskan dalam berbagai hadits dan ayat Al-Quran yang mengajarkan tentang hikmah di balik setiap kesulitan.
Allah SWT telah menegaskan dalam Al-Quran bahwa setiap manusia memiliki tingkatan yang berbeda sesuai dengan amal perbuatan mereka. Tanda Allah mengangkat derajat manusia dapat dikenali melalui berbagai bentuk ujian yang diberikan-Nya, mulai dari musibah hingga berbagai bentuk kesulitan yang menghadang dalam kehidupan sehari-hari. Memahami tanda-tanda ini akan membantu kita untuk tetap sabar dan teguh dalam menghadapi setiap cobaan.
Lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber informasi lengkapnya, pada Jumat (21/2).
Diuji dengan Musibah: Jalan Menuju Kedekatan dengan Allah
Salah satu tanda yang paling nyata dari Allah SWT dalam mengangkat derajat seorang hamba adalah melalui musibah yang menimpanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an yang menjelaskan tentang tingkatan manusia berdasarkan amalnya. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-An'am ayat 132:
وَلِكُلٍّ دَرَجٰتٌ مِّمَّا عَمِلُوۡا ؕ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعۡمَلُوۡنَ
"Wa likullin darajātum mimmā 'amilū, wa mā rabbuka bighāfilin 'ammā ya'malūn"
Artinya: "Dan masing-masing orang ada tingkatannya, (sesuai) dengan apa yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan."
Dalam menghadapi musibah, seorang muslim perlu memahami bahwa ujian yang diberikan sebenarnya merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT. Rasulullah SAW menjelaskan dalam sebuah hadits bahwa semakin tinggi keimanan seseorang, semakin berat pula ujian yang akan dihadapinya. Hal ini karena Allah SWT hendak mengangkat derajatnya ke tingkat yang lebih tinggi.
Musibah yang menimpa seorang hamba bisa datang dalam berbagai bentuk, seperti kesulitan ekonomi, masalah keluarga, atau tantangan dalam pekerjaan. Setiap kesulitan ini memiliki hikmah tersendiri dan berpotensi mengangkat derajat seseorang di sisi Allah SWT, asalkan dia menghadapinya dengan kesabaran dan keikhlasan.
Para ulama menjelaskan bahwa ketika Allah SWT memberikan musibah kepada seorang hamba, sebenarnya Dia sedang membersihkan dosa-dosanya dan mempersiapkannya untuk kedudukan yang lebih tinggi di akhirat. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yang menjelaskan bahwa tidak ada kesulitan yang menimpa seorang mukmin kecuali Allah akan mengangkat derajatnya karena kesulitan tersebut.
Advertisement
Menghadapi Permusuhan: Ujian Kesabaran dan Keteguhan Iman
Permusuhan, ketidaksukaan, atau penentangan dari orang lain, khususnya jika dihadapi dengan kesabaran dan keikhlasan, bisa menjadi tanda Allah SWT mengangkat derajat seseorang. Ini merupakan ujian kesabaran dan keteguhan iman. Kemampuan untuk tetap bersikap baik dan memaafkan, meskipun dihadapkan pada perlakuan yang tidak menyenangkan, menunjukkan kedewasaan spiritual yang tinggi.
Sabar dalam menghadapi permusuhan adalah bukti keikhlasan dan ketaatan kepada Allah SWT. Allah SWT akan memberikan balasan yang setimpal bagi mereka yang sabar dan ikhlas dalam menghadapi cobaan. Kemampuan untuk mengendalikan emosi dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan menunjukkan keteguhan iman yang luar biasa.
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَالْسَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَداوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
"Wa laa tas-tawi al-hasanatu wal-sayi’atu; idfa’ billati hiya ahsanu fa’idza al-ladhi baynaka wa baynahu ‘adaawatun kaannahu waliyyun hameem" (QS. Fussilat: 34)
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, "...dan balaslah kejahatan dengan kebaikan, niscaya kejahatan itu akan hilang lenyap." (QS. Fussilat: 34)
Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik, meskipun dihadapkan pada permusuhan. Dengan bersikap demikian, kita akan mendapatkan pahala dan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT.
Sikap sabar dan memaafkan tidak hanya akan menenangkan hati kita, tetapi juga akan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar. Kita akan menjadi teladan bagi orang lain dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup. Dengan demikian, kita telah menjalankan salah satu tanda Allah mengangkat derajat manusia.
Ujian Melalui Penyakit dan Kesehatan
Bentuk ujian lain yang menandakan Allah SWT sedang mengangkat derajat seseorang adalah melalui penyakit dan gangguan kesehatan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim, Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya orang-orang yang shaleh akan diberikan cobaan yang lebih berat kepada mereka, dan sesungguhnya tidaklah menimpa seorang mukmin suatu bencana, meskipun itu hanya berupa duri (yang menusuknya) atau sesuatu yang lebih dari itu, melainkan semua itu akan menjadikan dihapus satu kesalahan dari dirinya, dan diangkat satu derajat (tingkatan) atasnya."
Penyakit yang menimpa seorang muslim, baik itu ringan maupun berat, sebenarnya merupakan sarana penyucian diri dan peningkatan derajat di sisi Allah SWT. Ketika seseorang menerima ujian sakit dengan kesabaran dan tetap berbaik sangka kepada Allah, maka Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dan mengangkat derajatnya ke tingkat yang lebih tinggi.
Dalam menghadapi ujian kesehatan, seorang muslim dianjurkan untuk tetap berusaha mencari pengobatan sambil berserah diri kepada Allah SWT. Sikap sabar dan ridha terhadap takdir Allah dalam kondisi sakit akan membawa keberkahan tersendiri dan menjadi sarana peningkatan derajat di sisi-Nya.
Rasulullah SAW juga menjelaskan bahwa bahkan rasa sakit sekecil apapun, seperti tertusuk duri, dapat menjadi sarana Allah SWT untuk mengangkat derajat seorang hamba. Hal ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, di mana setiap kesulitan dan rasa sakit memiliki hikmah dan manfaat tersendiri.
Advertisement
Didorong untuk Terus Beribadah: Tanda Bimbingan dan Pengangkatan Derajat
Dorongan kuat dan konsistensi dalam menjalankan ibadah, meskipun menghadapi kesulitan, merupakan indikasi positif bahwa Allah SWT sedang membimbing dan mengangkat derajat hamba-Nya. Ini menunjukkan peningkatan keimanan dan ketaatan. Semakin kuat dorongan untuk beribadah, semakin besar kemungkinan Allah SWT sedang mengangkat derajat kita.
Ibadah yang ikhlas dan konsisten akan mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dengan menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan, kita akan merasakan kedamaian dan ketenangan hati. Ini merupakan salah satu tanda Allah mengangkat derajat manusia, yaitu dengan memberikan ketenangan dan kedamaian hati.
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
"Inna as-salāta tanhā ‘ani al-fahshā’i wal-munkar, wa la-dhikru Allāhi akbar, wallāhu ya’lamu mā taṣna’ūn."
Artinya: "Bacalah Al-Quran dan laksanakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar." (QS. Al-Ankabut: 45)
Ayat ini mengajarkan kita bahwa dengan membaca Al-Quran dan melaksanakan shalat, kita dapat terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Shalat menjadi pengingat bagi kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ayat ini menunjukkan pentingnya shalat dan membaca Al-Quran sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mencegah perbuatan buruk.
Dengan menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan dan konsistensi, kita akan mendapatkan pahala dan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. Ini merupakan salah satu tanda Allah mengangkat derajat manusia, yaitu dengan memberikan pahala dan derajat yang tinggi di sisi-Nya.
Ujian Khusus untuk Wanita
Allah SWT memberikan kemuliaan dan derajat khusus kepada para wanita, terutama dalam peran mereka sebagai ibu. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an Surah Luqman ayat 14:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
"Wa washshainal-insāna biwālidaihi ḥamalat-hu ummuhu wahnan 'alā wahnin wa fishāluhu fī 'āmaini anisykur lī wa liwālidaika ilayyal-mashīr"
Artinya: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."
Allah SWT mengangkat derajat wanita melalui berbagai ujian khusus yang mereka hadapi, termasuk:
- Perjuangan saat mengandung dan melahirkan
- Kesabaran dalam mengasuh dan mendidik anak
- Ketabahan sebagai single parent
- Pengorbanan dalam menjalankan peran ganda
Nabi Muhammad SAW juga menempatkan ibu pada posisi yang sangat tinggi, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim tentang tiga kali pengulangan kata "ibumu" sebelum "ayahmu" ketika ditanya tentang siapa yang paling berhak mendapat perlakuan baik.
Advertisement
Kesabaran dalam Menghadapi Ujian
Allah SWT juga mengangkat derajat hamba-Nya melalui kesabaran dalam menghadapi berbagai ujian. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 155-157:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَۙ ﴿١٥٥﴾ الَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗقَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ ﴿١٥٦﴾ اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ
"Wa lanabluwannakum bisyai'im minal khaufi wal jū'i wa naqshim minal amwāli wal anfusi wats tsamarāt, wa basysyirish shābirīn. Alladzīna idzā ashābat-hum mushībatun qālū innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn. Ulā'ika 'alaihim shalawātum mir rabbihim wa rahmah, wa ulā'ika humul muhtadūn"
Artinya: "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: 'Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn'. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Kesabaran dalam menghadapi ujian memiliki beberapa tingkatan:
- Sabar dalam menjalankan ketaatan
- Sabar dalam menjauhi maksiat
- Sabar dalam menghadapi takdir Allah
- Sabar dalam berdakwah dan membela kebenaran
Setiap tingkatan kesabaran ini memiliki potensi untuk mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah SWT, terutama ketika dijalankan dengan keikhlasan dan keteguhan hati.
Tanda-tanda Allah SWT mengangkat derajat manusia dapat hadir dalam berbagai bentuk ujian dan cobaan. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi setiap ujian tersebut dengan kesabaran, keikhlasan, dan keteguhan iman. Semoga artikel ini dapat menjadi pengingat bahwa setiap kesulitan yang kita hadapi memiliki hikmah dan potensi untuk mengangkat derajat kita di sisi Allah SWT.
