KSAD: Kita Terbawa Arus Kepentingan Proxy War

KSAD Jenderal TNI Mulyono menyatakan, ancaman proxy war sangat sulit dideteksi.

oleh Liputan6 diperbarui 12 Apr 2017, 15:09 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2017, 15:09 WIB
20150715-Upacara Sertijab KSAD-Jakarta
Letnan Jenderal TNI Mulyono memberikan pidato usai serah terima jabatan Kepala Staf TNI AD dari Jenderal TNI Gatot Nurmantyo kepada Letnan Jenderal TNI Mulyono di Markas Besar Angkatan Darat, Jakarta, Rabu (15/7/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Makassar - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono menegaskan, bangsa Indonesia menghadapi ancaman nyata berupa proxy war. Ancaman tersebut dianggap sangat sulit untuk dideteksi.

"Karena kita tidak berhadapan langsung dengan negara, melainkan menggunakan tangan ketiga," kata KSAD Jenderal TNI Mulyono saat meresmikan perubahan nama Kodam VII Wirabuana menjadi Kodam XIV Hasanuddin di lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (12/4/2017).

Pihak ketiga itu, kata dia, baik state aktor dengan kekuatan kecil maupun nonstate aktor berasal dari dalam dan luar negeri.

Menurut dia, seperti dikutip dari Antara, kesulitan dalam memprediksi dan menyadari datangnya ancaman ini juga disebabkan sifat abstrak dan multidimensional serta menyentuh langsung kepada aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Bahkan, sambung Mulyono, dari aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, perdagangan, pertanian, ketenagakerjaan dan aspek lainnya yang terkait.

"Kita harus mau secara jujur mengakui bahwa realitas kehidupan di sekitar kita menunjukkan kecenderungan kita semakin terbawa arus kepentingan pihak yang melancarkan proxy war terhadap Indonesia," ungkap Jenderal bintang empat ini.

Selain itu, kata dia, proxy war juga menguasai media massa untuk melakukan pembentukan opini, menciptakan rekayasa sosial dengan tujuan membuat kegaduhan masyarakat yang telah terlihat dan terasa dampaknya saat ini.

Sementara di sisi lain, heterogenitas masyarakat Indonesia juga terus diaduk-aduk dengan berbagai isu yang berpotensi memecah belah kebhinekaan dalam persatuan.

"Pada waktu bersamaan generasi muda kita dihancurkan melalui budaya negatif, seperti budaya konsumtif, hedonisme, judi, online, seks bebas, peredaran narkoba, gerakan lesbian, gay, biseksual hingga transgender atau LGBT," ungkap Mulyono.

Bahkan kompleksitas tersebut, lanjut dia, semakin dipertajam dengan masalah global yang sangat signifikan. Seperti pertumbuhan penduduk dunia semakin cepat yang berakibat terjadinya kompetisi global dalam memperebutkan pangan, air, dan energi.

Melihat ancaman itu, KASAD menyatakan, pondasi bangunan ketahanan nasional dalam menghadapi proxy war adalah harus dijaga seutuhnya.

"Tentu dengan penanaman dan penguatan kembali nilai-nilai luhur Pancasila yang merupakan falsafah hidup bangsa Indonesia yang mengantarkan kita menjadi negara merdeka dan berdaulat," harap sang KSAD.

[vidio:]()

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya