Kapolri: Bomber Kampung Melayu Pakai Peledak TATP Ciri Khas ISIS

Kapolri Tito mengatakan, ledakan bom Kampung Melayu yang kedua sangat besar, sebab di dalamnya terdapat strapnel hingga guntingan kecil.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 26 Mei 2017, 23:04 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2017, 23:04 WIB
Polisi Lakukan Olah TKP Ledakan Kampung Melayu
Polisi dan Puslabfor mengevakuasi potongan jenazah ketika olah TKP ledakan di Terminal Kampung Melayu, Rabu (24/5). Selain memotret dan menyusuri lokasi, petugas juga berjaga di lokasi ledakan. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menuturkan, bahan peledak yang digunakan oleh pelaku bom Kampung Melayu, Jakarta Timur merupakan ciri khas dari jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Menurut Tito, bahan peledak yang digunakan adalah triacetone triperoxide (TATP) yang dimasukkan dalam panci presto (pressure cooker). Bahan ini mudah dibuat dengan cairan pembersih kuku dan tidak membutuhkan detonator.

"TATP ini adalah ciri khas dari kelompok ISIS. Serbuk ini gampang dibuat dengan menggunakan bahan dasar untuk membersihkan kuku. Ini sangat berbahaya, cukup panas, dan bisa meledak," papar Tito di Rumah Sakit Polri Kramatjati Jakarta Timur, Jumat (26/5/2017).

TATP, kata Tito, sering digunakan oleh kelompok ISIS di Indonesia. Bahan ini pernah dicoba dalam aksi bom di Jawa Timur dan Mall Alam Sutera, Serpong, Banten.

Di bom Kampung Melayu, ujar Tito, bom pertama diledakkan oleh Ichwan Nurul Salam. Efeknya kecil dan hanya bersifat untuk membuat orang berkerumun.

Selang lima menit, meledak bom kedua yang jaraknya tidak jauh dari lokasi ledakan pertama. Bom yang disimpan dalam tas ini diledakkan oleh Achmad Sukri.

Kedua bomber Kampung Melayu yang tewas di lokasi kejadian, merupakan sel Mudiriyah Jamaah Anshar Daulah (JAD) Bandung Raya, yang tergabung dalam jaringan ISIS dengan penghubungnya adalah Bahrun Naim.

"Ledakan kedua itu sudah dipersiapkan. Pakai ransel kemudian meledak. Makanya badannya hancur dan kepala lepas sampai ke dalam busway," papar Tito.

Tito mengatakan, ledakan bom kedua sangat besar, sebab di dalamnya terdapat strapnel hingga guntingan kecil, sehingga efeknya seperti peluru.

"Makanya ledakan kedua ini memunculkan efek bakar, efek getar, serta efek menghancurkan," jelas Tito.

Bom meledak di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur pada Rabu 24 Mei 2017, sekitar  pukul 21.00 WIB. Terjadi dua ledakan yang bersumber dari toilet umum di dekat halte Transjakarta yang ada di terminal tersebut. Bom Kampung Melayu ini menewaskan 3 anggota Polri dan 2 pelaku. Sepuluh lainnya luka-luka.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya