P2TP2A Turunkan Tim Investigasi Tewasnya Pelajar SD di Sukabumi

P2TP2A akan meminta keterangan dari pihak sekolah, keluarga korban, dan anak yang berkelahi dengan SR.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Agu 2017, 09:19 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2017, 09:19 WIB
20150727-Hari-Pertama-Masuk-Sekolah-Jakarta3
Pelajar SD

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menurunkan tim investigasi untuk mengungkap penyebab tewasnya pelajar SDN Lengkoweng.

"Informasi yang berkembang korban berinisial SR (8) pelajar kelas II SDN Lengkoweng meninggal akibat berkelahi," kata Ketua Harian P2TP2A Kabupaten Sukabumi Elis Nurbaeti di Sukabumi, seperti dikutip dari Antara, Kamis (10/8/2017).

Namun, pihaknya belum bisa menyebutkan penyebabnya karena itu wewenang Polres Sukabumi, apalagi masih pada tahap penyelidikan.

Menurut dia, tim investigasi akan mencari fakta tentang penyebab terjadinya perkelahian kedua pelajar SD yang berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan.

Selain itu, pihaknya akan meminta keterangan dari pihak sekolah, keluarga korban, dan anak yang berkelahi dengan SR.

Ia menjelaskan bahwa tujuan investigasi itu untuk mengetahui kepribadian dan perilaku korban maupun rekannya tersebut.

"Apakah dalam kasus ini ada kelalaian dari pihak sekolah atau tidak? Masih dalam pengembangan tim, kemudian hasilnya akan dibuka ke publik dan diserahkan kepada pihak kepolisian dan Pemkab Sukabumi," kata Elis.

Tim investigasi itu, lanjut dia, tidak hanya mencari bukti penyebab kematian SR yang merupakan warga Kampung Citiris, Desa Hegarmanah, tetapi juga untuk melakukan "traumatic hearing" kepada para pelajar.

Sesuai dengan hasil penelitian para pakar, kata Elis, perkelahian antarpelajar SD dipicu beberapa faktor, seperti perilaku orangtua, tayangan televisi, ditambah saat ini keberadaan gawai sehingga memengaruhi perilaku anak.

Apalagi saat ini, kata Elis, di dunia maya dan televisi relatif banyak tayangan kekerasan. Sehingga menjadi pembenaran si anak untuk mencontoh perilaku yang condong ke arah kasar dan melawan.

"Hal ini menjadi perhatian kami dan tentunya orangtua serta guru harus mengantisipasi setiap pertumbuhan perilaku anak agar dalam keseharian tidak mencontoh aksi kekerasan," tandas Elis.

Saksikan video di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya