Munculkan Nama Baru, Golkar Bisa Buka Kebuntuan di Pilkada Jabar

Pengamat politik Universitas Parahyangan Asep Warlan Yusuf menilai, hal itu bisa menjadi pembuka kebuntuan politik di Jabar.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 21 Agu 2017, 06:15 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2017, 06:15 WIB
Dedi Mulyadi Lebih Memikirkan Hal ini Daripada Pilgub Jawa Barat
Bupati Purwakarta yang juga Ketua DPD Partai Golkar, Dedi Mulyadi digadang-gadang maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat.

Liputan6.com, Jakarta Nama-nama baru muncul di internal Golkar untuk maju menjadi bakal calon Gubernur Jabar 2018. Pengamat politik Universitas Parahyangan Asep Warlan Yusuf menilai, hal itu bisa menjadi pembuka kebuntuan politik di Jabar.

"Jadi sudah tepat, ketika sekarang ini, nama-nama potensial mulai dimunculkan dan diberikan peluang untuk diusung, baik sebagai cagub maupun sebagai cawagub," ucap Asep dalam keterangannya, Minggu 20 Agustus 2017.

Nama baru yang muncul di arus bawah partai berlambang pohon beringin ini, antara lain anggota DPR RI asal Cirebon Daniel Mutaqien Syafiuddin, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, dan Bupati Bekasi Neneng Hasanah Yasin.

Ketiga nama itu disebut siap menduduki kursi Jabar 2. Bahkan, mereka juga tidak keberatan bersanding dengan bakal cagub yang juga Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Sebelumnya, Golkar disebut akan mengusung Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sebagai bakal calon Gubernur Jawa Barat 2018.

Pilihan ke kandidat alternatif, menurut Asep, masih terbuka. Dia menuturkan, perubahan-perubahan masih sangat mungkin terjadi.

Selain surevi dan komunikasi politik, faktor DPP akan menentukan. Kalkulasi DPP untuk kepentingan politik di 2019 serta soal pembiayaan politik akan menentukan siapa yang akan diusung.

"Kalau Golkar misalnya, dari kalkulasi politik menganggap akan lebih menguntungkan dan besar peluang menangnya ketika mengusung cawagub, ya tentu itu yang akan diambil," jelas Asep.

Karena itu, masih kata dia, hal ini menjadi langkah politik yang realistis. Golkar terlihat masih terus mempertimbangkannya.

"Alternatif politik memang realistis. Karena kalau mengunci satu calon dan hanya untuk posisi nomor satu, jelas itu akan menyulitkan partai ketika ternyata elektabilitasnya kurang mencukupi. Karena tentu sulit mencari mitra koalisi," pungkas Asep.

Saksikan video menarik di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya