Liputan6.com, Bogor - Maria Agnes merasa sangat kehilangan atas kematian sang anak Hilarius Christian Event Raharjo. Yang lebih merasa terpukul adalah penyebab kematian yang dianggapnya tidak wajar.
Hilarius diduga tewas setelah diadu dengan pelajar dari sekolah lain, yang digagas pihak promotor. Adu fisik satu lawan satu itu merupakan tradisi mereka untuk mengadu kekuatan menjelang pertandingan bola basket antar sekolah tersebut.
Maria pun menegaskan pada saat terakhir kali bertemu korban, almarhum terlihat sehat. Selama ini pun almarhum tidak pernah memiliki penyakit khusus.
Advertisement
"Siapa yang tidak sedih anak saya yang sehat tiba-tiba disiksa hingga meninggal," kata Maria, di Mapolsek Bogor Utara, Jumat (15/9/2017).
Menurut Maria, Hila sapaan akrab anak pertamanya itu meninggal karena dipaksa berkelahi dengan siswa sekolah lain sambil dikelilingi banyak pelajar. Kedua pelajar itu berkelahi layaknya gladiator yang sedang mengadu kekuatan di sebuah arena. Peristiwa itu terjadi pada 29 Januari 2016 di Lapangan Basket SMA Negeri 7 Kota Bogor.
Meski anaknya sudah menolak untuk diadu bahkan sudah menyerah, akan tetapi korban tetap dipaksa untuk berkelahi oleh pihak promotor.
"Saya baru tahu setelah Hila dimakamkan kalau Hila itu dibunuh, diadu dengan pelajar dari sekolah lain. Saya tahu dari beberapa saksi (teman korban) dan surat pernyataan dari pelaku," terang Maria.
Karena itu, Maria mengaku masih belum menerima jika para pelaku masih berkeliaran dan bebas dari jeratan hukum, meskipun pada waktu itu kasusnya telah diselesaikan secara kekeluargaan. Beberapa promotor yang menjadi pelaku pun sudah dikeluarkan dari sekolahnya.
"Memang waktu itu saya tidak mau outopsi dan saya memilih menyembunyikan diri," ucap Maria sedih.
Namun Maria tidak bisa menyimpan rasa kesal bercampur sedih. Ia akhirnya memposting kasus kematian putra pertamanya di Facebook dan ditujukan kepada Presiden Joko Widodo beberapa hari lalu.
"Saya ingin mencari keadilan dan semua yang terlibat mendapat hukuman," ujar Maria.
Saat ini, Maria siap memberikan keterangan kepada pihak kepolisian agar kasus kematian anaknya segera terungkap.
"Entahlah. Tapi kalau memang itu prosedurnya," kata Maria.
Saksikan video di bawah ini:
Â
Diusut Polisi
Polisi pun merespons peristiwa ini. Mereka langsung mendatangi rumah korban di kawasan Bondongan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jumat pagi tadi.
Kapolsek Bogor Utara Kompol Wawan Wahyudin mengatakan, pihaknya akan menyelesaikan kasus tersebut hingga tuntas.
"Tadi kami datang untuk meminta informasi dari keluarga korban," kata Wawan, Jumat (15/9/2017).
Wawan mengatakan, kasus kekerasan yang merenggut nyawa Hilarius itu terjadi pada 29 Januari 2016. Karena pihak korban menolak autopsi, akhirnya kasusnya diselesaikan secara kekeluargaan.
Namun, kini kasus tersebut kembali mencuat setelah ibu korban mengangkat kembali kejadian tersebut di media sosial dan ditujukan kepada Presiden Joko Widodo.
"Seharusnya pada waktu itu diautopsi," kata Wawan.
Namun, setelah diberi penjelasan oleh pihak kepolisian, lanjut Wawan, keluarga korban akhirnya bersedia jika jenazah Hilarius diautopsi.
"Ya sudah mau. Dulu kan kendalanya autopsi," kata dia.
Menurut Wawan, dalam kasus kekerasan yang merenggut nyawa Hilarius, penyidik sudah memeriksa 13 saksi.
"Belum ada tersangka, kita baru periksa saksi. Ada 13 orang yang diperiksa" kata dia.
Saksi yang diperiksa baik dari siswa SMA Budi Mulya maupun SMA Mardi Yuana, yang saat itu melihat kejadian secara langsung di lokasi.
Advertisement