Ini yang Menyulut Kericuhan di Kantor YLBHI Menurut Kivlan Zen

Kivlan Zen mengungkapkan, terdengar musik genjer-genjer yang biasa dilantunkan PKI saat akan membunuh.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 19 Sep 2017, 07:25 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2017, 07:25 WIB
YLBHI
Massa yang berjumlah ratusan tersebut melempari polisi, setelah aparat membubarkan dengan gas air mata di YLBHI. (Liputan6.com/Moch Harun Syah)

Liputan6.com, Jakarta - Mayjen TNI Purnawirawan Kivlan Zen membeberkan penyebab massa demonstrasi mendadak rusuh di Gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta Pusat, pada Minggu, 17 September 2017 malam kemarin.

Menurut informasi yang diterimanya, ada unsur fisik dari PKI yang terlihat di lokasi seminar. Oleh sebab itu, unsur tersebut menyulut emosi massa yang lantas meluapkan kemarahan mereka.

"Saya enggak tahu kejadian itu ada lempar-lemparan juga. Karena saya dengar juga lempar-lemparan itu karena ada yang keluar pakai kaus tunjukkan palu arit PKI di baju. Mereka keluar dari kantor LBH itu lo," tutur Kivlan saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Senin (18/9/2017).

Selain itu, massa semakin kesal karena terdengar suara alunan musik yang identik dengan aksi kekejaman PKI pada 1965 silam. Seperti saat PKI mengeksekusi para jenderal di Lubang Buaya.

"Ada kedengaran lagu-lagu, kan, ada pesta seni mereka. Lagunya 'Genjer-Genjer'. 'Genjer-Genjer' itu lagu perangnya PKI. PKI itu kalau mau perang, macam-macam. Mau menyerang itu lagunya 'Genjer-Genjer'. Setelah lagu 'Genjer-Genjer', langsung bunuh orang dia," ucap dia.

Kivlan Zen menyebut, massa aksi yang datang merupakan gabungan sejumlah organisasi masyarakat yang tegas menolak kembalinya PKI. Di antaranya Laskar Merah Putih (LMP), GP Ansor, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gereja Protestan Indonesia (GPI), dan Muhammadiyah.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

 

Pemuda Ansor Dibunuh PKI

"Kemudian pada 1 Oktober itu membunuh orang Pemuda Ansor dan Banser Serba Guna di Banyuwangi, menyanyikan lagu 'Genjer-Genjer'. Terus mereka juga melakukan pembunuhan terhadap ulama dan tokoh di Solo serta orang Muhammadiyah pada Oktober 1965," ujar Kivlan.

Bagi dia, tindakan kejam itu lantas mendapat balasan dari rakyat Indonesia yang geram dengan kekejaman PKI. Namun belakangan, malah YLBHI memberikan tempat dan menyelenggarakan seminar yang diniatkan untuk mengubah paradigma bahwa PKI tidaklah salah.

"Mereka menyerang duluan ya dibalas banyak yang terbunuh. Baru mereka sekarang merasa benar. Ndak ada lagi Pemerintahan Orde Baru mereka seolah-olah benar. Buat mereka enggak bersalah, cabut Tap MPRS. Jadi mereka pekerjaan orang enggak benar ditampung LBH. Dilawan. Yang lawannya dalam rangka menegakkan hukum," Kivlan menandaksan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya