Panglima Gatot: TNI Akan Buat Film Laksamana Malahayati

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan Mabes TNI khususnya Angkatan Laut (AL) akan membuat film Malahayati dalam waktu dekat.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 11 Okt 2017, 12:38 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2017, 12:38 WIB
Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo
Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo meninjau Geladi Resik HUT ke-72 TNI di Cilegon, Banten, Selasa (3/10). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, Mabes TNI khususnya Angkatan Laut (AL) akan membuat film Malahayati dalam waktu dekat. Dia mengaku sangat kagum dengan sosok Malahayati, seorang laksamana laut dari Aceh.

"Malahayati ini semakin digali semakin hebat, di mana tahun 1500-an ternyata di Aceh sudah ada Akademi Angkatan Laut dan Malahayati adalah lulusan Akademi Angkatan Laut di Aceh itu, " kata Gatot di Gedung Teater di TIM, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa 10 Oktober 2017 malam.

Dia menuturkan, pihaknya sudah mempertimbangkan dengan matang dan memilih Malahayati untuk diangkat dan difilmkan.

Pada masanya, Malahayati adalah sosok pemberani yang tidak takut mati demi menjaga kerajaan Aceh dari serbuan musuh. Terbukti, salah satu laksamana asal Belanda, Cornelis de Houtman, tewas di tangan Laksamana Malahayati pada 11 September 1599, lewat duel satu lawan satu di atas geladak kapal.

"Dia (Mahalayati) itu menusukkan rencongnya kepada laksamana musuh. Dan dia seorang wanita yang bertugas sebagai intelijen kerajaan saat itu," ujar Gatot.

Panglima TNI mengungkapkan, pembuatan film Malahayati akan dimulai pada akhir 2017. Saat ini, kata dia, pihaknya sudah memulai dengan menggali kepustakaan yang memuat tentang sejarah kehidupan Malahayati.

"Pembuatan film Malahayati perlu waktu karena studi kepustakaannya sampai ke Turki belajarnya. Malahayati dulu dalam pelayaran sudah menggunakan kompas bintang yang sekarang dikenal. Jadi ini mendunia, maka kita perlu mengadakan studi kepustakaan sehingga benar-benar cerita ini bisa di narasi dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan," jelas Gatot.

Untuk itu, Gatot juga membuka peluang kerja sama dengan mengundang tokoh perfilman internasional. Sebab, Gatot ingin nantinya film Mahalayati tidak hanya diputar di dalam negeri, tapi juga di luar negeri.

"Kerja sama yang sedang kita lihat ini ya. Kalau bisa dengan internasional. Karena diharapkan film ini bukan hanya untuk nasional tapi untuk internasional juga. Kita tunjukkan kepada dunia kalau kita punya film Laksamana Malahayati," tutur Gatot.

Tentang Malahayati

Namanya Keumalahayati atau lebih dikenal Laksamana Malahayati asal Aceh.

Pada catatan sejarah, Malahayati adalah laksamana laut pertama di dunia. Dia digambarkan sebagai panglima perang Kesultanan Aceh yang mampu menaklukkan armada angkatan laut Belanda dan bangsa Portugis (Portugal) pada abad ke-16 Masehi.

Malahayati adalah putri dari Laksamana Mahmud Syah bin Laksamana Muhammad Said Syah. Sedangkan kakeknya merupakan putra Sultan Salahuddin Syah yang memimpin Aceh pada 1530-1539.

Tak mengherankan bila kemudian Malahayati akrab dengan dunia angkatan laut. Sebelum memimpin peperangan, ia sempat mengenyam pendidikan akademi militer dan memperdalam ilmu kelautan di Baital Makdis atau Pusat Pendidikan Tentara Aceh.

Saat itu, Malahayati bertemu dengan seorang perwira muda yang kemudian menjadi pendamping hidupnya. Dalam suatu perang melawan Portugal di Teluk Haru, armada Aceh sukses menghancurkan para prajurit bangsa Portugis.

Namun, pertempuran tersebut mengakibatkan sekitar seribu orang Aceh tewas, termasuk laksamana yang merupakan suami Malahayati.

Sepeninggal suaminya, Malahayati membentuk armada yang terdiri dari para janda yang suaminya gugur dalam pertempuran melawan bangsa Portugis. Armada pasukannya diberi nama Inong Balee atau Armada Perempuan Janda.

Pangkalannya berada di Teluk Lamreh, Krueng Raya, Aceh. Ada 100 kapal perang dengan kapasitas 400-500 orang. Tiap kapal perang dilengkapi dengan meriam. Bahkan, kapal paling besar dilengkapi lima meriam.

Malahayati juga membangun benteng yang dinamai Benteng Inong Balee bersama pasukannya. Karier militer Malahayati terus menanjak hingga ia menduduki jabatan tertinggi di Angkatan Laut Kerajaan Aceh kala itu.

Sebagaimana layaknya para pemimpin zaman itu, Laksamana Malahayati ikut bertempur di garis depan melawan kekuatan Portugal dan Belanda yang hendak menguasai jalur laut Selat Malaka.

Reputasi Malahayati sebagai penjaga pintu gerbang kerajaan membuat Inggris yang hendak masuk ke wilayah Aceh memilih untuk menempuh jalan damai. Surat dari Ratu Elizabeth I yang dibawa oleh James Lancaster untuk Sultan Aceh membuka jalan bagi Inggris untuk menuju Jawa dan membuka pos dagang di Banten.

Cornelis de Houtman, orang Belanda pertama yang tiba di Indonesia, juga mencoba menggoyang kekuasaan Aceh pada 1599. Namun, upayanya gagal. Pasukan Belanda berhasil dipukul mundur oleh armada Inong Balee. Cornelis de Houtman tewas di tangan Laksamana Malahayati pada 11 September 1599.

Sementara Prins Maurits yang memimpin Belanda saat itu berupaya memperbaiki hubungan dengan Aceh. Keduanya menggelar perundingan awal hingga tercapai sejumlah persetujuan.

Atas keberaniannya, nama Malahayati saat ini dijadikan nama jalan, pelabuhan, rumah sakit, perguruan tinggi hingga nama kapal perang, yakni KRI Malahayati. Bahkan lukisannya diabadikan di Museum Kapal Selam, Surabaya, Jawa Timur.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya