Kepasrahan Dedi Mulyadi Usai Golkar Putuskan Dukung Ridwan Kamil

Golkar memutuskan mendukung Ridwan Kamil di Pilkada Jawa Barat 2018.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 09 Nov 2017, 12:31 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2017, 12:31 WIB
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi Datangi KPK
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi (tengah) meninggalkan Gedung KPK di Jakarta, Selasa (7/11). Dedi mengaku, kedatangannya untuk menemui Deputi Pencegahan KPK Pahala Nainggolan guna membahas tindakan pencegahan korupsi. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaku memahami keputusan partainya yang memilih mengusung Ridwan Kamil ketimbang dirinya di Pilgub Jabar 2018.

Bupati Purwakarta itu menyatakan, sebagai seorang manusia biasa, ia hanya bisa mengikuti setiap proses yang ada dalam hidupnya.

"Mengenai nasib manusia, kata orang Sunda, jodoh, maut, rezeki, itu Allah yang tentukan. Karena Allah yang tentukan, maka manusia hanya berproses, manusia itu berbuat kebaikan pada semua orang," ucap Dedi kepada Liputan6.com, Kamis (9/11/2017).

Menurut Dedi, dirinya memiliki hobi membantu orang lain di sekitarnya, terutama yang sedang kesusahan. Karena itu, kata dia, inilah yang saat ini dilakukannya.

"Kalau dalam bahasa sastranya karya berkarya, saya bantuin orang miskin, bangunin rumah roboh. Itu bagian hidup saya, bagian dari kesenangan hidup saya. Itu seperti aliran air, jadi tergantung arus yang membawa," papar dia.

Terkait kabar PDIP yang tertarik untuk mengusungnya, Dedi mengaku dirinya tak mau terlalu percaya diri.

"Kalau itu tanya ke yang lain-lain. Kalau saya yang ngaku, itu kege-eran, enggak boleh ngaku-ngaku," kata Dedi Mulyadi.

Tak Punya Wewenang

Dedi menegaskan, ia sama sekali tidak memiliki kewenangan atau otoritas untuk tetep kukuh maju dalam Pilgub Jabar 2018. Meski begitu, Dedi tak membantah jika dirinya komunikasi politik dengan semuanya.

"Saya berkomunikasi politik sudah. Tiap hari saya juga melakukan komunikasi politik kan. Saya kan dalam posisi tidak punya rumah, tidak punya otoritas, tidak punya menentukan otoritas untuk diri saya," ia menerangkan.

Dedi mengaku hanya fokus pada jabatannya memimpin Purwakarta selama kurang lebih empat bulan lagi.

"Intinya, Dedi itu hanya orang kecil, Dedi hanya orang kampung dari desa. Tanda-tanda bukan di saya, tanda-tanda di yang punya otoritas, saya hanya dalam posisi menunggu di halte saja," jelas Dedi.

Saksikan vidio pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya