HEADLINE: Bagaimana Peluang Golkar di Tangan Airlangga Hartarto?

Pergantian ketua umum di tubuh Golkar sempat menjadi polemik. Akhirnya Airlangga Hartarto dipilih secara mufakat.

oleh TaufiqurrohmanPutu Merta Surya PutraYunizafira Putri Arifin Widjaja diperbarui 15 Des 2017, 00:00 WIB
Diterbitkan 15 Des 2017, 00:00 WIB
20160301-Airlangga Hartarto Maju Sebagai Calon Ketua Umum Partai Golkar-Jakarta
Airlangga Hartarto memberikan keterangan saat deklarasi pencalonan sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar di Jakarta, Selasa (1/3/2016). Airlangga mengusung tujuh misi yang dinamakan Eka Sapta Dalam Eka Trio. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Airlangga Hartarto terpilih sebagai ketua umum Partai Golkar, menggantikan posisi Setya Novanto yang kini yang menjadi terdakwa kasus dugaan korupsi e-KTP.

Menteri Perindustrian RI tersebut dipilih secara aklamasi lewat rapat pleno di Aula Graha Widya Bhakti II, DPP Golkar, Jakarta, Rabu 13 Desember 2017 malam.

Saat diwawancarai Liputan6.com, Ketua DPP Golkar Happy Bone Zulkarnaen menggambarkan situasi pemilihan pucuk pimpinan Partai Beringin tersebut. Menurut dia, awalnya rapat pleno berlangsung alot. 

Perdebatan muncul ketika forum mendiskusikan siapa yang akan maju menjadi ketua umum Partai Golkar dalam musyawarah nasional luar biasa (munaslub).

Happy menuturkan, ada dua nama yang muncul: Aziz Syamsuddin dan Airlangga Hartarto. Perdebatan dua kubu pendukung memanas. Pleno sempat terhenti ketika tujuh koordinator bidang memutuskan untuk berunding.

Menjelang tengah malam, arah rapat pleno berubah. Aziz Syamsuddin mendadak menyatakan mundur dari bursa calon ketua umum Partai Golkar.

"Aziz mengatakan dia tidak akan maju. Dan dia mendukung Airlangga," ungkap Happy Bone, Kamis (14/12/2017).

Setelah mundurnya Aziz, jalan Airlangga menuju Golkar 1 menjadi mulus. Menurut Happy, alumni Universitas Gadjah Mada itu tidak lagi memiliki pesaing.

Pada rapat pleno malam itu, Siti Hediati Hariyadi atau Mbak Titiek, juga mendeklarasikan dukungan pada Airlangga. Sebelumnya, putri Presiden ke-2 RI Soeharto itu sempat mengatakan, akan maju menjadi calon Ketua Umum Golkar.

Munaslub Golkar diagendakan pada 19-20 Desember 2017 mendatang. Happy menyebut, dalam momentum itu, Airlangga akan secara resmi dikukuhkan sebagai ketua umum.

Bagi internal Golkar, aklamasi penunjukan Airlangga untuk menduduki kursi ketua umum merupakan angin segar. Happy mengatakan, para kader sadar betul, kondisi partai sedang terpuruk. 

Kepercayaan publik pada Golkar, lanjut dia, rendah. Hal itu adalah imbas banyaknya kader yang terkait kasus korupsi.

Yang paling hangat adalah yang menimpa Ketua Umum Golkar saat ini, Setya Novanto. Ia terjerat kasus korupsi e-KTP. "Itu yang menyebabkan tingkat elektabilitas Golkar turun," kata Happy.

Ia menilai, naiknya Airlangga akan menjadi momentum perubahan. Optimismenya muncul melihat slogan yang diusung Airlangga, yakni Golkar Bersih, Golkar Bangkit.

Semangat itu diharapkan menjadi citra baru Golkar ke depan. Happy yakin di tangan Airlangga suara akan terdongkrak.

Rakyat, menurut dia, mengharapkan Golkar yang bersih. Terlebih, partai politik adalah hulu dari semua aliran kekuasaan.

"Kalau di hulu kotor, ke bawahnya akan kotor. Golkar akan bangkit kalau kita bersih," tegasnya.

Tantangan untuk Airlangga Hartarto

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto Buka Mukernas Kosgoro 1957
Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto (kanan) berbincang dengan Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar, BJ Habibie (kedua kiri) saat menghadiri pembukaan Mukernas Kosgoro 1957 di Jakarta, Selasa (12/12). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Keputusan Golkar memilih Airlangga dinilai Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ardian Sopa, sebagai langkah jitu.

Pria 55 tahun itu dinilai bisa memberi warna baru terkait persepsi publik terhadap Golkar.

"Orang melihat dia (Airlangga) bersih, sejauh ini track record-nya masih bagus, dia juga dianggap dekat sama Pak Jokowi," kata Ardian.

Tapi, Airlangga akan kesulitan bila membangkitkan Golkar sendirian. Untungnya, kata Ardian, struktur partai cukup kuat.

Hal ini terbukti dengan proses pemilihan Airlangga yang berlangsung cepat. Ardian membandingkan proses serupa di partai lain yang biasanya berlarut-larut.

Airlangga, menurut dia, jangan sampai merusak sistem yang berjalan di Golkar. Ardian mengatakan, kecakapan ketua umum baru memotivasi struktur partai akan diuji.

Airlangga harus mampu membangun kesadaran struktur Golkar untuk bergerak bersama. "Dia bukan tipikal powerful leader tapi professional manager," Ardian menganalisis.

Golongan Karya juga tidak bisa mengandalkan Airlangga seorang untuk memperbaiki citra. Sebab, ada dua tipikal pemilih Golkar.

Pertama adalah orang yang memilih Golkar karena ketokohan pemimpinnya. Kedua, mereka yang memilih dengan mempertimbangkan program yang ditawarkan.

Ardian menyarankan agar Golkar lebih inovatif dalam merancang program. Ia menilai target pasar ke depan tidak bermain di kalangan elite.

Golkar lebih tepat menyasar kalangan bawah sekitar yang porsinya mencapai 80 persen.

"Jadi yang disarankan, isunya yang dibawa, selain Golkar bersih dan bangkit, juga mesti bisa masuk ke wong cilik," paparnya.

Ia mencontohkan, misalnya isu sembako murah, lapangan pekerjaan, dan perumahan murah. Bila hal itu dilakukan, Golkar bisa membentuk persepsi baru.

Bila langkah itu ditempuh, Golkar niscaya bisa selamat dari lampu kuning yang sinyalemennya tergambar dari riset LSI Denny JA. Survei itu menunjukan Partai Golkar berpotensi tersingkir dari 2 besar di Pileg 2019.

"Partai Golkar terancam untuk berada di urutan kedua atau lebih buruk lagi di Pileg 2019," ucap Ardian.

Berdasarkan survei, elektabilitas PDIP untuk Pileg 2019 adalah yang tertinggi dengan raihan 24,2%, diikuti Partai Gerindra dengan 13,0%. Sedangkan Partai Golkar hanya meraih 11,6%.

Survei tersebut juga menunjukkan alasan elektabilitas Golkar berpotensi turun di Pileg 2019.

Alasan itu antara lain adanya keinginan masyarakat terhadap branding baru Partai Golkar. Untuk itu, dibutuhkan ketua umum yang baru, program baru, dan tokoh baru di tubuh Golkar.

"Sebesar 34,4% masyarakat menginginkan ketum baru, 27,6% menginginkan program baru, dan 22,6% menginginkan tokoh baru di dalam Partai Golkar. Dengan begitu Golkar berpotensi untuk mendapatkan dukungan publik di Pileg 2019," jelas Ardian Sopa.

Hasil survei juga menunjukkan mayoritas masyarakat antusias dan optimistis Partai Golkar dapat bangkit dan mendapat dukungan jika partai tersebut memiliki branding baru sesuai keinginan masyarakat.

"Sebesar 67,5% meyakini Golkar bisa bangkit, mendapat dukungan publik jika terdapat ketum baru, program baru, dan tokoh baru yang membawa branding baru sesuai keinginan masyarakat," ucap Ardian Sopa.

Survei kuantitatif ini dilakukan pada 1-14 November 2017. Sedangkan kualitatif riset berupa FGD dan wawancara mendalam dilakukan tanggal 1-13 Desember 2017. Sebanyak 1.200 responden dihimpun secara nasional.

Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error sebesar 2,9%.

Momentum Kebangkitan Partai Beringin?

Rapat Pleno Golkar
Rapat pleno Partai Golkar. (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Airlangga Hartarto sendiri memuji suksesi kepemimpinan di Golkar yang berjalan lancar. Ia menegaskan, apa yang terjadi dalam papat pleno menunjukkan, partainya bisa menyelesaikan masalah dengan musyawarah mufakat. 

"Ini menunjukkan proses demokrasi di Partai Golkar berjalan sesuai tata tertib, di mana ditunjukkan bahwa Partai Golkar mengerti apa yang dikehendaki rakyat," jelas Airlangga.

Pergantian ketua umum di tubuh Golkar sempat menjadi polemik yang gaduh. Semua berpangkal pada penetapan Setya Novanto sebagai tersangka kasus korupsi e-KTP.

Beberapa DPD I Golkar mengusulkan dilakukan munaslub untuk pergantian ketua umum. Status hukum Novanto dinilai merusak citra Golkar.

Namun, rapat pleno Golkar memutuskan kepastian penyelenggaraan munaslub menunggu hasil praperadilan yang diajukan Novanto. Sembari menunggu putusan praperadilan, partai menunjuk Idrus Marham menjadi Pelaksana Tugas Ketua Umum.

Internal Golkar sempat terbelah menyikapi wacana munaslub. Desakan makin tak terbendung ketika 31 DPD I mengajukan usulan secara resmi.

Dukungan itu melebihi dua pertiga DPD I Golkar, yang total berjumlah 34, sebagai syarat penyelenggaran Munaslub dalam AD/ART. Dalam sidang pleno kemarin, puluhan orang juga berada di luar aula tempat rapat diselenggarakan. Mereka meneriakan desakan segera dilaksanakan munaslub.

Airlangga menegaskan komitmen merangkul semua pihak yang ada di Golkar. Konsolidasi itu, menurut dia, penting untuk menyongsong perhelatan Pilkada 2018 dan Pilpres 2019.

"Jadi, selalu saya sampaikan, kita merajut kebersamaan agar Golkar bisa bangkit," tambah dia.

Ia mengingatkan, Golkar akan menghadapi agenda politik penting dalam Pilkada 2018 dan Pilpres 2019. Karena itu, konsolidasi merupakan hal wajib.

Ketua umum Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR), ormas pendiri Golkar, Roem Kono, optimistis Airlangga mampu menakhodai Partai Beringin.

Ia menilai Airlangga punya semua syarat memimpin Golkar ke depan: punya kapabilitas dan profesionalisme, juga pernah mencicipi berbagai posisi -- dari anggota DPR hingga menteri.

"Buat kami, Pak Airlangga menjadi figur kepemimpinan yang mumpuni dan diinginkan kader Golkar," kata Roem Kono. 

Yang jelas, naiknya Airlangga menjadi ketua umum, tidak akan banyak mengubah arah politik partai. Posisi Golkar tetap mendukung pemerintahan Jokowi-Kalla.

Selepas pleno, Kamis dini hari, Airlangga menyatakan, Golkar tetap konsisten mendukung Jokowi di Pilpres 2019.

"Dan kami mengajak seluruh kader Partai Golkar untuk mengamankan dan  mengamanatkan," ucap Airlangga.

Airlangga Hartarto sudah menekankan, tidak akan mengotak-atik dukungan pada Jokowi sejak awal digadang maju menjadi ketua umum Golkar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya