Ansor Apresiasi Polri Atasi Kerusuhan di Rutan Teroris Mako Brimob

Ketua Umum Ansor Gus Yaqut meminta ada evaluasi penuh secara menyeluruh keberadaan rutan untuk napiter.

oleh Muhammad Ali diperbarui 10 Mei 2018, 11:08 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2018, 11:08 WIB
Yusron Fahmi/Liputan6.com
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengapresiasi Polri yang berhasil mengatasi kerusuhan di rutan cabang Salemba, Kompleks Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Dalam kejadian itu, 5 personel Polri dan 1 napi teroris meninggal dunia.

"Saya memberikan apresiasi tinggi atas kerja keras Polri yang berhasil mengakhiri 'drama' mengerikan lebih dari 38 jam tanpa menimbulkan korban baru, baik dari pihak aparat maupun dari napiter," kata Yaqut di Jakarta, Kamis (10/5/2018).

Pria yang karib disapa Gus Yaqut ini mendukung penuh pihak kepolisian menyelesaikan kasus pembangkangan ratusan napiter di Mako Brimob. Ini mengingat apa yang dilakukan sudah sangat brutal. Mereka membunuh lima aparat kepolisian secara sadis. 

"Memang harus tegas, tapi taktis. Saya malah minta kalau memang perlu tindakan represif untuk menanggulangi tindakan brutal teroris, ya lakukan saja. Sebab, terorisme adalah kejahatan luar biasa. Kita kan lihat sendiri mereka sadis, brutal, tidak berperikemanusiaan," tuturnya. 

Selanjutnya Gus Yaqut meminta ada evaluasi penuh secara menyeluruh keberadaan rutan untuk napiter. Harus dievaluasi protap keamanan yang selama ini sudah dilakukan. 

"Coba lihat saja, ada alat komunikasi bisa masuk ke dalam sehingga bisa mengunggah propaganda atas kasus tersebut ke media sosial. Mereka juga bisa dengan mudah membuat kerusuhan di Mako Brimob, bahkan menguasai senjata sampai 30 pucuk. Ini bahaya sekali," ujar Gus Yaqut. 

 

Napiter Dipisah

Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas. (yaqut-cholil.com)

Dia juga meminta agar dilakukan pemisahan bagi napiter di rutan-rutan umum. Tentu dengan melakukan profilling terhadap napi teroris itu sendiri. Apakah dia tergolong ideolog, anggota militan atau simpatisan.

"Termasuk apakah ideologi terornya berakar dari faksi Ikhwanul Muslimin, salafi/wahabi, atau Hizbut Tahrir. Karena, tentu berbeda treatment-nya. Nggak bisa disatukan dalam satu blok atau satu komplek rutan," tutup dia.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya