Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK mengatakan, persoalan halal dan haram perlu dikaji lebih dalam. Salah satunya dari sisi akademis.
"Kita juga kemarin bicara UU Halal. Ini perlu pembahasan secara akademis," kata JK di depan pengurus Ikatan Cendikiawan Masjid Indonesia (ICMI), Jalan Merdeka Selatan, Kamis (31/5/2018).
Menurut JK, menentukan haram atau halalnya produk makan, minum serta barang bisa dilihat sesuai kebutuhan dan manfaat. Seperti minuman beralkohol yang kadarnya rendah.
Advertisement
Walaupun rendah dia menjelaskan, masyakarakat harus melihat terlebih dahulu manfaat dari alkohol tersebut. Jika alkohol tersebut kata JK memabukan dan mendatangkan mudarat, alkohol tersebut jadi haram.
"Saya kasih (contoh) bir. Ini halal apa haram? alkohol 9 persen halal apa haram? haram," kata JK.
"Terus satu (lagi) botol alkoholnya 70 persen ini halal apa haram? Ini untuk kalau sakit kita mau disuntik kita mesti dibersihkan alkoholnya, tapi ini halal. Ulama pun kalau disuntik pakai ini juga. kan tidak memabukkan," ungkap JK.
Dia juga mempersoalkan halal dan haram di negara lain. Seperti di Arab Saudi yang April lalu baru saja meresmikan bioskop di Kota Riyadh. Sebelumnya kata JK, mereka jika ingin menonton film di bioskop perlu keluar dari Saudi.
"Halal haram itu juga ada pengaruh politiknya, dulu di Saudi haram nonton bioskop. Begitu politik berubah halal nonton bioskop," tutup JK.
Â
Reporter: Indan Umbari Prihatin
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â