Banyak Kalah, Mesin Politik PDIP Dinilai Buruk di Pilkada 2018

Kekalahan PDIP di pemilihan gubernur 2018 dinilai akibat buruknya kerja mesin politik partai.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Jun 2018, 17:05 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2018, 17:05 WIB
Di TPS SBY, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi Menang
Anggota KPPS melakukan proses penghitungan suara Pilkada Jawa Barat 2018 di TPS 06 Nagrak, Gunung Putri, Bogor, Rabu (27/6). TPS tersebut menjadi tempat keluarga besar SBY menunaikan haknya pada Pilgub Jabar 2018. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Liputan6.com, Jakarta - Kontestasi pemilihan kepala daerah (pilkada) secara serentak di 171 daerah 27 Juni lalu, menjadi pukulan telak bagi partai penguasa, PDIP. Dari 17 pemilihan gubernur, hanya 6 yang berhasil dimenangkan partai besutan Megawati Soekarnoputri itu.
 
Melihat kekalahan itu, Direktur Pusat Studi Sosial Politik Indonesia Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai, kekalahan itu akibat buruknya kerja mesin politik PDIP.

Dia mengatakan, PDIP tidak cukup gesit seperti partai politik menengah sekelas Nasdem atau PAN. Partai-partai menengah itu justru memanfaatkan strategi politik untuk memenangkan pemilihan. 

"Kalau boleh saya sebutkan PDIP itu mesin politiknya terburuk untuk provinsi, ada yang kerja-kerja mesin politiknya buruk karena presentasinya kan kecil dari perolehan kontestasi provinsi," ujar Ubedilah, Sabtu (30/6/2018). 

Sebaliknya, kata dia, ada yang mesin politiknya bekerja. Dia mencontohkan perolehan suara pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Sudrajat-Ahmad Syaikhu. Di awal masa deklarasi hingga kampanye, pasangan yang diusung oleh Gerindra, PKS, dan PAN itu tidak cukup diperhitungkan dalam kontestasi Pilgub Jawa Barat. 

Namun di akhir, justru pasangan calon nomor urut 3 itu melejit ke posisi kedua di bawah Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum. Faktor tesebut, kata Ubedilah, berasal dari kerja mesin politik di masa-masa akhir kampanye dan berhasil menempatkan posisi terbaik. 

"Peran tokoh nasional tidak terlalu signifikan. Apa yang paling signifikan di kasus Jawa Barat yang menaikkan elektoral mereka adalah mesin politik, dan kami melihat mesin politik bekerja itu justru di akhir-akhir kampanye, itu dasar sekali. Kami meneliti di hampir seluruh Jawa Barat ada kerja-kerja mesin partai yang muncul di lapangan," ujarnya.

 

Reporter: Yunita Amalia

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya