Cerita Politikus PKB Karding Sulit Hubungi Orangtua di Donggala

Karding bercerita, dirinya merupakan warga asli Donggala, Sulawesi Tengah.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Sep 2018, 07:57 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2018, 07:57 WIB
Abdul Kadir Karding
Anggota Komisi III DPR RI Abdul Kadir Karding saat menjadi pembicara Forum Diskusi Ekonomi Politik (FDEP) di Jakarta, Rabu (25/7). (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Bencana gempa dan tsunami di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah, menyisakan kisah bagi keluarga korban yang terdampak. Termasuk politisi PKB Abdul Kadir Karding. Dia masih menunggu kabar dari kedua orangtuanya.

Karding bercerita, dirinya merupakan warga asli Donggala, Sulawesi Tengah. Rumahnya kurang dari 50 meter dari bibir pantai. Hingga saat ini, orangtuanya belum bisa dihubungi. Jaringan komunikasi di sana diketahui belum pulih sepenuhnya.

"Saya lahir di Donggala, pusat di Palu. Jadi saya orang asli sana. Bapak Ibu saya enggak bisa dihubungi, di Donggala sana. Semua keluarga besar saya sebagian besar di Donggala dan Palu," kata mantan Sekjen PKB itu di sela acara Solidaritas Masyarakat Sulteng di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (29/9).

Namun, adiknya di Palu sudah bisa dihubungi. Kerabat di sana juga sudah bisa memberi kabar.

Sehari pascabencana itu, Karding menginisiasi penggalangan dana solidaritas, dan doa bersama bencana gempa dan tsunami Sulawesi Tengah. Acara dilaksanakan bersama komunitas perantau di Jakarta.

"Malam ini rencananya ada pentas musik kreasi dari Palu namun dibatalkan lalu diganti dengan doa bersama dan penggalangan dana solidaritas," kata Karding.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Sulit Diakses

Abdul Kadir Karding
Anggota Komisi III DPR RI Abdul Kadir Karding saat menjadi pembicara Forum Diskusi Ekonomi Politik (FDEP) di Jakarta, Rabu (25/7). (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sengaja acara tersebut diselenggarakan untuk membantu masyarakat Sulteng. Sebab sampai saat ini Donggala dan Palu sulit untuk diakses. Karding mengatakan, perlu waktu tempuh 5-7 jam dari kota sekitar.

Karena alasan itu, Karding meminta teman-temannya yang perantau tak perlu memaksakan untuk pulang ke kampung halaman.

"Kita tidak bisa apa-apa, namun bisa dengan menggalang dana. Bentuk tim kecil untuk merumuskan untuk mencari bantuan dalam konteks konser atau buka aplikasi web yang bisa membantu masyarakat di sana," tuturnya.

Dia sendiri belum mendapatkan akses untuk berangkat ke Sulteng, meski memiliki jabatan sebagai caleg, dan politisi partai pendukung pemerintahan. Sebab, pemerintah memprioritaskan tenaga dan pasukan ahli tanggap bencana.

Karding memastikan pemerintah tidak tinggal diam menanggapi peristiwa ini. Saat ini, pasukan dari Polri, TNI, dan instansi tanggap bencana telah diterjunkan untuk membantu korban.

Dia menambahkan, seperti bagaimana pemerintah menangani bencana gempa Lombok, pemerintah juga melakukan aksi yang sama.

"Saya ingin memastikan pemerintah bekerja keras siang malam mantau terutama pak Jokowi," ucapnya.

 

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya